Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Fithrah Fanani

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Urgensi Logika Berpikir di Era Globalisasi yang Serba Cepat dan Ketat

Diperbarui: 1 Oktober 2023   07:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Logisme

Logika merupakan sarana dalam hal berpikir sebagai refleksi dari kefilsafatan (Ilmu Matematika dan Pembelajarannya & Asrobuanam, 2020). Proses berpikir merupakan suatu jalan atau proses seseorang untuk dapat mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya. Dalam artian lain, berpikir merupakan suatu cara untuk mengetahui hal-hal yang ingin diketahui.

Logika adalah suatu cara berpikir yang jelas, terarah serta tepat untuk mencapai suatu hal yang benar dan mendapatkan hasil yang dapat diterima oleh akal atau rasio manusia (I Nyoman Kertayasa, 2011). Logika adalah termasuk ilmu pengetahuan yang membahas mengenai simpulan yang benar dan tepat sehingga diperoleh lah tujuan dari berpikir tersebut serta untuk menghindari dari hal-hal yang tidak dapat dinalar oleh akal atau tidak masuk akal.

Logisme atau yang biasa disebut dengan logika, merupakan suatu ilmu yang membahas tentang suatu kepastian. Logika merupakan suatu ilmu dari bagian filsafat yang menelaah mengenai berbagai hukum dan prinsip yang berkaitan dengan suatu pemikiran atau disebut juga ilmu yang membahas mengenai ketepatan dalam berfikir. Logisme atau logika juga merupakan bagian dalam ilmu matematika.

B. Silogisme

Silogisme merupakan suatu penarikan terhadap suatu kesimpulan yang tidak langsung (Arief Sidharta, 2008). Dikatakan demikian bahwa Silogisme berperan penting dalam kegiatan berpikir seseorang. Silogisme dalam pandangan Aristoteles adalah argumennya yang diambil dari suatu hal yang saling berkaitan. Silogisme terbagi menjadi 4 macam, yakni :

Silogisme Hipotetik

Silogisme Dilema

Silogisme Kategorik

Silogisme Disjungtif

Silogisme merupakan bentuk penyimpulan tidak langsung. Dikatakan demikian karena dalam silogisme kita menyimpulkan pengetahuan baru yang kebenarannya diambil secara sintetis dari dua permasalahan yang dihubungkan. Aristoteles membatasi silogisme sebagai: Argumen yang konklusinya diambil secara pasti dari premis-premis yang menyatakan permasalahan yang berlainan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline