Lihat ke Halaman Asli

Hari Ibu dan Sumbangan Resolusi 2014

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mother

“To one who bears the sweetest name

And adds luster to the same

Long life to her for there is no other

To take the place of my dear mother” (Unknown)

Membaca quotation di atas tentang seorang ibu di negara-negara berbahasa Inggris, kita bisa memahami bahwa semua anak-anak, bapak-bapak, dan ibu-ibu yang mempunyai ibu sangat menghargai, menghormati, menyayangi, dan memuliakan seorang ibunya.

Bagaimanakah kita di Indonesia? Kenapa masih ada banyak anak bangsa ini yang membunuh dan menyakiti seorang ibu seperti kasus-kasus yang hingga akhir tahun 2013 ini masih sering terjadi di masyarakat?

Pernahkah anda menonton Ramayana Ballet di Prambanan yang mengisahkan tunduk dan taatnya seorang anak kepada ibu walaupun kepada seorang ibu tiri seperti yang dikisahkan di bawah ini:

Ada seorang raja yang dikisahkan berkuasa di sebuah kerajaan mempunyai banyak teman/ sahabat raja-raja di seluruh dunia, beliau sangat pandai dalam memimpin mengetahui tentang agama dan kependetaan, taat dan patuh kepada Tuhan dan juga mencintai ke-bhineka tunggal ika-an, namanya Prabu Dasarata. Beliau mempunyai beberapa istri.

Salah satu istrinya, Kekayi, membuat permasalahan dan konflik besar kepada sang suami tepat saat Prabu Dasarata mengumumkan pengangkatan salah satu putranya menjadi raja, Prabu Ramawijaya.

Dewi Kekayi menginginkan anak kandungnya yang bernama Dewa Brata menjadi raja dan memaksakan kehendaknya kepada suaminya saat sang suami sudah mengumumkan kepada rakyatnya bahwa yang akan menggantikannya adalah Ramawijaya, walaupun anaknya, Dewa Brata menginginkan sang kakak Ramawijaya menjadi raja.

Dari kisah di atas, kita bisa menarik sekedar konklusi bahwa dewi Kekayi tidak baik attitudenya yaitu membuat malu sang suami di depan rakyatnya, mengutamakan kepentingannya sendiri, memaksakan kehendak, dan berani melawan suami, seorang raja.

Kisah selanjutnya, Ramawijaya yang dicalonkan menjadi raja sebagai pengganti ayahnya malah menyetujui permintaan Dewi Kekayi untuk menjadikan Dewa Brata sebagai raja. Tidak ada sedikitpun perlawanan yang menyiratkan ketidakikhlasan dari Ramawijaya. Beliau patuh dengan permintaan Kekayi agar meninggalkan kota kerajaan menuju hutan bersama istrinya selama 13 tahun.

Raja Dasarata pun tidak mengambil tindakan negatif seperti memerintahkan bawahannya untuk membunuh Kekayi atas kejadian yang sangat memalukan dirinya. Beliau hanya menyiapkan diri untuk meninggalkan dunia ini dan akhirnya sakit hingga meninggal dunia.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penggalan kisah di atas adalah bahwa sang raja Dasarata dan anaknya Ramawijaya sangat menghormati seorang ibu yang kelakuannya seperti di atas. Lebih lanjut dari tindakan yang diambil oleh Ramawijaya dapat diambil kesimpulan bahwa Ramawijaya berbuat menyenangkan orang lain walaupun beliau kecewa besar/ malu karena tidak jadi seorang Raja. Beliau hanya taat atas perintah seorang ibu dan hanya mengerjakan sesuatu yang harus dikerjakan tanpa memikirkan hasilnya. Beliau hanya menyerahkan segalanya kepada Tuhan.

Pernahkah anda menonton wayang kulit yang bercerita tentang perintah seorang Ibu yang memerintahkan kepada lima anaknya untuk menikahi bersama satu orang gadis.

Kisah wayang kulit tersebut sebagai berikut:

Dewi Kunti, ibunda dari Panca pandawa; Yudisthira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Suatu saat setelah pulang dari sayembara, entah alasan apa, ibundanya memerintahkan untuk menikahi berlima seorang gadis yang bernama Drupadi. Kejadian ini sebenarnya sudah hampir ditolak oleh anak-anaknya karena belum pernah terjadi seperti itu di lingkungan masyarakat negaranya. Namun, anak-anaknya tidak kuasa menolak perintah seorang ibu, hanya bisa melaksanakannya walaupun sangat bertentangan dengan kebiasaan keluarganya dimana seorang laki-laki boleh mempunyai istri lebih dari dua.

Dari kisah pewayangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak-anak taat dan patuh dalam melaksanakan perintah seorang ibu. Sangat terlihat adanya penghormatan kepada seorang ibu, terbukti dari tidak adanya protes dari segala pihak baik anak-anaknya, guru anak-anaknya, paman anak-anaknya, dan masyarakat sekitar.

Dalam kisah pewayangan yang lainnya, ada dikisahkan beberapa anak laki-laki yang sangat berani menyakiti seorang ibu seperti:

Abimanyu putra raja Arjuna berbohong kepada dewi Utari bahwa dia belum beristri saat berkenalan dan meminang sang dewi menjadi istrinya. Saat berkenalan hingga peminangan, Dewi Utari mengajukan pertanyaan tentang status Abimanyu apakah lajang atau sudah beristri, dan apabila beristri, Dewi Utari berkata agar Abimanyu mati di medan perang. Dalam kenyataannya Abimanyu sudah beristri dan tetap berbohong bahwa dia masih lajang. Sang dewi setelah menjadi Nyonya Abimanyu mengetahui kejadian sebenarnya bahwa abimanyu sudah beristri. Sang dewi merasa sangat sakit hatinya. Kisah selanjutnya saat perang Baratayudha terjadi, Abimanyu meninggal terkeroyok.

Kisah wayang yang lainnya, Dursasana adik Duryudana mempermalukan seorang ibu: Drupadi, istri pandawa. Pakaian Drupadi dilucuti di depan umum oleh Dursasana tanpa memikirkan harga diri dan martabat seorang ibu. Walaupun ada miracle/ keajaiban Dursasana gagal melucuti pakaian Drupadi. Namun dia sangat sakit hati terhadap Dursasana atas perlakuannya itu dan mengucapkan sumpah “akan mempergunakan darah Dursasana untuk keramas saat perang nanti” Kenyataanya dalam kisah itu Drupadi mempergunakan darah Dursasana untuk keramas yang dibawakan oleh suaminya.

Dari kisah semuanya di atas dapat kita tarik makna dan contoh bahwa:

1.Sayangi Ibu

2.Hormat dan muliakan selamanya ibu itu

3.Jangan sampai menyakiti apalagi sampai membunuh seorang ibu

4.Harus menjaga martabat dan harga diri seorang ibu

5.Jangan pernah melawan kata – kata Ibu

6.Beri kebahagiaan kepada Ibu

7.Utamakan keiinginan Ibu

8.Tuhan selalu melindungi seorang Ibu dimanapun dan dalam situasi apapun

9.Doa seorang ibu selalu dalam kebaikan anak – anaknya

10.Jangan pernah berbohong kepada Ibu

Itulah cerita saya tentang Ibu, lalu bagaimanakah cerita anda tentang Ibu????????

Ceritakanlah……

Resolusi 2014

Dari kisah-kisah di atas, maka contohlah perilaku Dewa Ramawijaya yang mementingkan kepentingan orang lain walaupun dia adalah Ibu tiri yang mengecewakannya. Kerjakan semua yang harus dikerjakan dengan hati tulus iklas tanpa memikirkan hasilnya, serahkan segalanya pada Tuhan Yang Maha Esa. Kita harus selalu menyenangkan orang lain.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline