Lihat ke Halaman Asli

Negara Dalam Imagine John Lennon

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Imagine there no country" ENTAH APA yang terlintas dalam kepala John Lennon. Mungkin Lennon enggan membayar pajak, rasanya uang John Lennon tidak akan habis bila dia membayar pajak. Bayar pajak memang mengesalkan. Negara lahir untuk menghindari kekacauan. Nyatanya, kekacauan yang dilenyapkan negara hanya lahirkan pembungkaman yang menusuk sisi-sisi kemanusiaan, kemanusiaan yang dinjak atas nama negara, mungkin itu yang dibenci John Lennon dari negara. Benar adanya bila banyak orang yang mati negara--namun tidak semuanya dilabeli pahlawan, karena banyak juga yang dilebeli sebagai pengkhianat. Seperti halnya sejarah, negara juga dibangun dengan lumuran darah. Ketika Republik ini dibangun pun bergalon darah tercecer oleh Revolusi--tidak heran bila Soekarno bilang, bahwa Revolusi pasti akan mengorbankan anaknya--pada awal kemerdekaan Republik mimpi ini. Lantas, bila negara terbangun apakah akan selesai tetesan darah itu? Rasanya belum darah masih akan menetes entah untuk siapa? Katanya untuk negara. Lantas orang miskin akan bertanya, siapa itu negara? Apakah negara itu orang-orang kaya? Orang kulit hitam di Afrika Selatan zaman Apartheid bertanya, apakah negara itu orang-orang kulit putih. Di Burma orang juga pasti bertanya, apakah negara itu milik kaum mayoritas? Negara nyatanya tidaklah milik rakyat--padahal negara disetting untuk melayani kebutuhan manusia yang bernafas naungan wilayah yang diklaim negara itu. Apa yang banyak terjadi, Negara tidak lebih dari institusi yang didominasi orang-orang kolot.

John Lennon bukan negarawan--walau nama tengahnya Winston yang dicomot dari nama Winston Churchild. Imagine there no country, seperti dalam lirik lagu Imagine rasanya kurang dipedulikan orang. Lagu anti perang dan penindasan itu kerap dinyanyikan ketika terjadi bencana alam. Lagu ini sebenarnya bukan menggugat alam kejam buah tangan Tuhan ini. Imagine lebih bicara tentang kebodohan manusia. Lennon memang bukan sejarawan, namun Lennon merasa Negara juga penindas. Lihat saja zaman raja Louise di Perancis. Zaman sekarang, dimana manusia merasa merasa paling beradab dari masa sebelumnya, Negara masih tetap dengan jiwa yang sama--hanya dengan wajah berbeda saja. Ini zaman dimana demokrasi adalah wajah negara di dunia.

Negara kerap merasa menjadi penguasa dunia. Seperti kata Marx, Negara adalah institusi yang berhak menggunakan tindak kekerasan kepada rakyatnya. Dengan kata Marx itu, betapa kaum komunis juga komunis, tidak memiliki konsep negara ideal ala Marxis. Mengapa harus ada Uni Sovyet pasca Revolusi Rusia Oktober 1917. Pastinya, negara hanya kebutuhan terpaksa yang harus ada, seperti terngiang dalam benak Lenin. Marx sendiri tidak berkoar soal negara kecuali menggugat sistem kapitalis--dimana negara-negara besar di barat bersekutu dengan pemilik modal. Dimana rakyat sebagai manusia tidak dilayani namuan diperbudak. Negara bisu ditengah derita sebagian besar manusia oleh injakan sejarah. Negara bahkan menjadi kaki yang menginjaknya. Imagine, tanpa Lennon sadari, berusaha menghentikan penginjakan kaki sejarah atas manusia—“menghapuskan penghisapan manusia atas manusia" kata Marx Lennon bukan Marxis yang inginkan Negara tidak ada—kecuali masyarakat Sosialis bagi kaum marxis tapi entahlah masyarakat macam apa yang diinginkan John Lennon. Bayangkan bila tidak ada negara. Tidak akan ada orang yang mati untuk negara juga tidak ada kekerasan. Itu yang terngiang pada pertengahan lagu Imagine yang ditulis John Lennon. Sayang lagu itu lebih banyak dianggap bualan Lennon saja—padahal tidak sulit membayangkannya kecuali mewujudkannya. Dunia, bagi banyak manusia, butuh Tuhannya sendiri. Negara, Tuhan manusia di dunia itu, akan murka bila meresapi lagu Imagine-nya John Lennon itu—juga bila membaca tulisan ini, sendiri.

Tulisan ini didedikasikan untuk John Lennon yang ditembak mati Mark David Chapman 27 tahun lalu di New York, Amerika Serikat. (Batavia, 10 Desember 2007; Patrik Matanasi. Diedit oleh Iswara NR)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline