Pariwisata Indonesia telah ditetapkan sebagai sektor vital yang memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi nasional diera Menteri Sandiaga Uno. Bila dilihat data pada tahun 2023, sektor ini telah menyumbang USD 6,8 miliar atau sekitar 3,6% dari PDB. Selain itu, industri pariwisata telah menciptakan lapangan kerja untuk 22,9 juta orang, setara 16,9% dari total tenaga kerja nasional. Tentu kita apresiasi kebijakan dan program strategis yang telah dilakukan oleh Bang Sandi yang berhasil mendorong kemajuan industri Pariwisata selama ini.
Namun, pariwisata adalah industri yang rentan. Mulai dari bencana alam, pandemi, hingga tekanan global seperti ketidakstabilan ekonomi, semua dapat mengguncang fondasi sektor ini.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, manajemen risiko yang efektif menjadi solusi untuk menjaga keberlanjutan pariwisata.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan bagi pemangku kepentingan disektor ini, baik pemerintah, pelaku industri, masyarakat. Hal itu adalah mitigasi risiko, melakukan diversifikasi objek wisata, investasi mendukung pariwisata berkelanjutan, membangun kolaborasi serta komunikasi yang efektif.
Mengidentifikasi Risiko dan Meningkatkan Kesiapan
Indonesia menghadapi berbagai risiko dalam sektor pariwisata. Salah satu ancaman utama adalah overtourism, atau kelebihan wisatawan, yang akan memberi efek buruk seperti, merusak lingkungan, kemacetan, polusi dan mengganggu kehidupan masyarakat lokal.
Contoh nyata, peningkatan jumlah wisatawan di Bali sekarang ini menimbulkan masalah-masalah seperti; sampah, turis asing yang sering membuat onar, pencemaran, banyak situs budaya yang rusak dan meningkatnya biaya hidup penduduk lokal, ini karena beberapa tahun belakangan ini turis dari berbagai negara ini banyak yang berkunjung disana, overtourism memang terjadi.
Selain itu, Indonesia yang berada di cincin api Pasifik rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Hal ini dapat mengganggu aktivitas pariwisata dan merusak infrastruktur penting. Pantai Anyer di Banten, Gunung Rinjani di Lombok, Pantai Talisa di Palu salah satu contoh bahwa becana alam itu dapat merusak kawasan wisata.
Langkah pertama dalam manajemen risiko adalah mengidentifikasi potensi ancaman ini secara sistematis. Pemerintah dan pelaku usaha sektor pariwisata harus melakukan penilaian menyeluruh dalam memahami risiko-risiko yang berpotensi terjadi.
Diversifikasi penawaran objek Wisata
Mengurangi ketergantungan pada satu jenis pariwisata juga menjadi kunci menghadapi potensi risiko tadi. Diversifikasi penawaran wisata, seperti mengembangkan ekowisata, wisata budaya, dan petualangan (experience), dapat mengurangi risiko dampak ekonomi dari penurunan wisatawan yang hanya mengandalkan keindahan alam.