Pernahkah kita berpikir tentang sampah plastik yang kita buang setiap hari? Atau bagaimana limbah industri, pabrik, rumah sakit mencemari lingkungan disekitarnya? Masalah-masalah ini semakin mendesak seiring dengan pertumbuhan populasi jumlah penduduk yang akan mencapai 300 juta jiwa.
Krisis lingkungan yang semakin kompleks, terjadinya perubahan iklim yang nyata sehingga konsep ekonomi sirkular hadir sebagai solusi menjawab keresahan para pelaku ekonomi untuk pembangunan berkelanjutan.
Ekonomi sirkular adalah sebuah model ekonomi yang bertujuan memaksimalkan nilai sumber daya dengan cara memperpanjang siklus hidup produk. Konsep ini bertolak belakang dengan model ekonomi linear yang selama ini kita kenal, di mana sumber daya diambil dari alam, diproduksi menjadi produk, digunakan, lalu dibuang sebagai sampah dan limbah.
Dalam ekonomi sirkular, limbah menjadi bahan baku baru, produk dirancang untuk dapat diperbaiki atau didaur ulang, dan penggunaan sumber daya alam diminimalisir.
Sebuah konsep dengan kerangka prinsip 9R yaitu Refuse, Rethink, Reduce, Reuse, Repair, Refurbish, Remanufacture, Repurpose, Recycle, dan Recover.
Peluang emas pertumbuhan ekonomi alternatif
Mengutip kajian dari Bappenas bersama UNDP tahun 2021 yang mana Indonesia diprediksi berpotensi meraih pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat dan berkelanjutan dengan adopsi ekonomi sirkular.
Peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB): Ekonomi sirkular diproyeksikan mampu mendongkrak PDB Indonesia hingga mencapai Rp 638 triliun pada tahun 2030.
Angka ini setara dengan peningkatan sebesar USD 4-45 miliar dibandingkan dengan skenario bisnis seperti biasa. Artinya, dengan menerapkan ekonomi sirkular, kita tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga merangsang pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
Laju Penciptaan Lapangan Kerja berbasi ekonomi Hijau: Transisi ke ekonomi sirkular akan membuka lapangan kerja baru yang lebih ramah lingkungan.