Lihat ke Halaman Asli

Kebersihan Itu Tak Buang Sampah Sembarangan

Diperbarui: 23 September 2016   22:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Posdaya Remaja Tugu sedang mengangkut sampah. Credit to Santri Songo, 2013.

Tahun 2012 kemarin aku ikutan nimbrung dengan Santri Songo—sebuah kelompok pemuda yang peduli dengan masjid. Alih-alih berdayakan pemuda untuk kemakmuran masjid, Santri Songo malah meluas perannya. Meski ini overlapping, kami sepakat untuk menerimanya.

Berawal dari datangnya mahasiswa-mahasiswa KKN, satu dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon, satunya lagi dari Unpad Bandung. Mereka ini sengaja KKN ke desa-desa dengan tujuan membentuk Posdaya, yaitu Pos Pemberdayaan Keluarga. KKN yang diusung mahasiswa ini adalah tematik.

Karenanya, mahasiswa-mahasiswa ini sengaja mendampingi dan menguatkan lembaga Posdaya yang sudah ada. Misalnya, seperti program pendidikan, kesehatan, wirausaha/ekonomi, lingkungan hidup, keagamaan dan budaya.

Dari riset selama seminggu, mahasiswa melihat ada dua persoalan yang ada di desa kami. Satu, minimnya lapangan kerja yang berakibat pada banyaknya pemuda dan pemudi yang berprofesi sebagai TKI/TKW.

Kedua, permasalahan sampah, menurut mereka masalah sampah di desa kami sudah akut, dimana-mana banyak sampah berserakan. Bahkan, saluran irigasi yang membelah desa juga dijadikan tempat pembuangan sampah. Lucunya, sampai kasur kapuk dan pakaian bodol juga dibuang di kali.

Keprihatinan mereka ini disampaikan kepada Santri Songo, masyarakat desa kami dianggap sangat primitif dan bukan kalangan terdidik. Sehingga isu lingkungan hidup, seperti kebersihan lingkungan termasuk didalamnya pengeloalaan sampah bukan masalah penting yang harus segera ditangani.

Santri Songo, kelagapan. Anggotanya kebanyakan adalah pemuda yang baru ‘demen’ agama lalu aktif dalam pelbagai kegiatan masjid, sedangkan isu yang dipaparkan mahasiswa adalah isu pelik yang melibatkan berbagai elemen desa. Kamipun alot adu argumentasi, meski akhirnya sepakat untuk mengangkat isu ini ke tingkat desa.

Lokakarya Isu Sampah di Balai Desa. Photo by MeneerPanqi, 2013.

Aku lupa tanggalnya, namun akhirnya isu ini pun berhasil diangkat. Setelah melalui musyawarah desa, Pemdes akhirnya membuat kebijakan untuk pengelolaan sampah. Warga desa diharuskan membayar retribusi Rp. 2000,-/bulan. Pengelolaan sampah pun berjalan.

Hal ini berjalan, karena ada sosok yang berperan dibelakangnya. Dukungan Ketua Santri Songo, Aryo, dan dukungan dari mahasiswa KKN IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Meskipun demikian, dalam pandanganku pengelolaan sampah bisa berjalan lebih disebabkan sinergi antara pemuda dan pemerintahan desa yang kompak.

Budaya Bersih & Senyum

Banyak yang mendefinisikan budaya sebagai buah budi daya manusia. Dari definisi ini terlihat bahwa budaya adalah netral.  Tidak ada muatan agama. Berbeda dengan definisi budaya dari Bahasa Inggris. Culture itu berasal dari dua kata, cult dan lore. Cult bermakna penyembahan dan lore bermakna adat. Singkatnya, dapat dipahami bahwa setiap budaya adalah hasil dari kebiasaan penyembahan dan penghambaan manusia kepada Tuhannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline