Orang Jawa mengenal ageman yang biasanya bisa berupa benda yang dianggap unik, keramat, gaib, mengandung khodam, dan memberi manfaat pada pemilik atau pembawanya.
Kalau yang dibawa itu berupa mantra gaib yang didapatkan dengan lelaku prihatin, namanya ajian. Misalnya ajian jaran goyang, Semar mesem, lembu sekilan dan sebagainya. Sehingga seseorang dikatakan memiliki kesaktian bila memiliki kemampuan gaib semacam ini.
Tapi ada juga seseorang yang tanpa melakukan ritual lelaku prihatin, hanya dengan membayar mahar lalu ia mendapatkan barang yang dimaksud.
Benda-benda yang dimaksud pada dasarnya adalah memancarkan pamor (wibawa yang terlihat oleh orang lain). Di mana pemegangnya akan memperoleh efek dari apa yang dibawanya. Benda-benda tersebut lazim disebut aji-aji, atau jimat.
Bentuknya bisa berbagai macam. Ada yang berbentuk keris mini, tombak mini, semar mini, keong Buntet, batu akik dan sebagainya .
Salah satu benda yang laris diburu orang saat ini adalah Semar Mesem. Konon Semar mesem yang berkasiat sebagai sarana pengasihan ini tidak mengandung efek dan risiko apapun bagi para penggunanya.
Para pengguna tinggal membawanya kemana pun ia pergi dan efeknya akan langsung terasa.
Konon Semar mesem sebelum ada dalam bentuk benda-benda keramat, pada awalnya diadapatkan dengan cara semedi, lelaku dan olah rasa.
Diawali dengan puasa mutih 7 hari tujuh, dan membaca mantra Semar mesem setiap malam. lalu di hari yang ke tujuh puasa ngebleng tidak makan dan tidak tidur selama 24 jam dan pada hari terakhir diadakan selamatan nasi gudangan dilengkapi dengan Ingkung sepasang ayam cemani. Dan lelaku ini ditutup dengan mandi kembang 7 macam yang dibimbing oleh guru spiritual.
Jaman makin maju. Keinginan seseorang untuk mendapatkan kawan sebagai pendamping yang setia setiap saat membantu menyelesaikan tugas secara instan.
Sehingga orang tak lagi menjalani ritual untuk mendapatkan jimat, akan tetapi dilakukan dengan menebusnya dengan uang yabg layak disebut mahar.