Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Filosofi Keris

Diperbarui: 30 April 2021   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filosofi keris (Ilustrasi dokumen pribadi)

Keris dengan kerata basa (akronim) mlingker ora kena nggo ngiris ( meliuk liuk dan tidak bisa untuk mengiris adalah senjata pusaka tanah Jawa yang namanya telah melegenda.

Luk (bilah ) keris memang tidak lurus, berbelok dengan ujung yang runcing, dan  filosofi keris melekat erat dalam budaya Jawa.

Keris bagi orang Jawa adalah ageman atau busana bagi orang Jawa, sebagaimana disampaikan oleh Ki Yono salah seorang Paranormal, kolektor , dan juga melayani jual beli keris.

Menurut Ki Yono filosofi yang terdapat dalam keris sudah semestinya melekat erat dalam kehidupan orang Jawa.  Keris memiliki 4 bentuk utama , yaitu runcing, tajam dan lurus. Keempat bentuk keris merupakan simbol yang bermakna sangat mendalam.

Tiap keris memiliki makna yang berbeda akan tetapi saling berkaitan satu sama lain. Sehingga menimbulkan sifat kesempurnaan bagi watak dan karakter seseorang. Sebab kata pria Asli Pasuruan ini Keris memiliki Pamor (kesan yang terbaca), dan melekat erat pada pemiliknya .

Ilustrasi Keris Brojol /inkuiri.com

1. Keris Brojol

Keris ini memiliki dapur yang lurus sebagai simbol telah mendapatkan jalan keluar bagi sebuah permasalahan. Keris berbentuk lurus dengan ujung yang runcing menggambarkan  jalan kehidupan yang lurus, terlepas dari segala masalah dan mampu menjalani kehidupan selanjutnya tanpa halangan.

2.Keris  Tilam Sari

Keris Tilam Sari menggambarkan keluarga yang sakinah mawadah wa rohmah. Kesempurnaan rumah tangga yang diwujudkan dengan terbentuknya sebuah keluarga yang rukun, pernikahan yang awet hingga kaken-kaken ninen-ninen, keluarga yang  mampu saling manjaga kehormatan dengan saling menutupi aib masing-masing, sehingga terwujud keluarga yang bahagia dunia dan akhirat.

3. Keris Tilam Upih

Keris ini melambangkan jiwa pemikir, akan tetapi tidak tinggi hati serta menurut kepada guru. Sehingga ketika seseorang mendapatkan pengetahuan ia tidak sombong sebab apa yang diketahuinya berasal dari seseorang yang telah mengajarinya, yaitu guru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline