Handphone di tangan perempuan itu berbunyi, ada notifikasi dari aplikasi yang digunakannya. Sesaat ia memperhatikan notifikasi yang tertera di handphone yang dipegangnya, lalu ia klik 'ambil order', lalu kemudian ia beranjak pergi meninggalkan saya.
"Sebentar ya mas?" pamitnya ramah. Lalu motor ia nyalakan dan hilanglah ia dalam kermaian kendaraan di jalan Lamper kota Semarang .
Ia mengambil order yang dekat-dekat saja .
Rp. 8000 yang ia dapatkan dari mengantar seseorang dari radius yang tak terlalu jauh dari ia mendapatkan order. "Nyantol" adalah istilah yang lazim dipakai para driver ojek online saat mendapatkan order.
Lalu beberapa menit kemudian perempuan ini kembali ke warung tempat kami bertemu.
Rona keceriaan tergambar jelas dari wajahnya yang penuh keringat. Ia mengusapnya dengan tissue yang sepertinya sudah beberapa kali ia gunakan dan ia simpan dalam saku jaketnya.
lalu permpuan ini duduk di bangku panjang dalam warung dan memesan makananan.
Indomie rebus pakai telur dengan campuran nasi yang ia pesan.
"Alhamdulilah", ujarnya .
Sejak ia keluar rumah jam 10 pagi baru bakda Zuhur ini ia mendapatkan order.
Memang sejak pandemi melanda, order ojek online sangat sepi. Bahkan ia bercerita kalau ada kawan seprofesinya seharian tak dapat order sama sekali. Dan mendapatkannya saat waktu sudah menjelang Maghrib.
Eh, kenalkan ya, nama kawan saya ini adalah Anita (43) (bukan nama sebenarnya ), Ibu dua orang anak ini berkisah bahwa sudah beberapa tahun ini ia menekuni profesi sebagai driver ojek online setelah ia resign dari sebuah perusahaan swasta.
Suaminya pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas, bahkan upayanya untuk mendapatkan keadilan hukum bagi diri dan kedua anaknya sudah ditempuh. Tapi saat jatuh putusan pengadilan suaminya tak mampu memenuhi kewajiban sampai waktu yang telah ditentukan tiba.