Di masa kanak-kanak, bocah lelaki yang penisnya kecil memang seperti menjadi objek olok-olok orang dewasa. Mereka memegang penis anak-anak dan mengatakan "kok kecil?, mengkeret, sak melinjo, ndlesep, bujel, dan perkataan merendahkan yang lain. Dan itu lazim dilakukan oleh orang dewasa.
Padahal sesungguhnya kita juga tidak tahu apakah orang yang mengatai anak-anak berpenis kecil, juga sama-sama berpenis kecil .
Obsesi memiliki alat tempur yang besar, panjang dan kuat, tertanam dalam benak para lelaki dewasa. Sehingga ukuran dan kualitas rudal lelaki mengaburkan fungsi dan makna alat vital sesungguhnya.
Ibarat senjata tajam, di dunia ini memang banyak warnanya. Ada pemes, silet , belati, parang, bahkan pedang yang panjang. Masing-masing senjata tajam memiliki fungsi masing-masing. Akan tetapi pada intinya setiap benda tajam berfungsi sebagai alat pembelah, pemotong, dan pengoyak.
Secara alamiah, Tuhan menciptakan penis untuk kelengkapan hidup manusia sebagai sarana untuk memproses materi sebagai bahan pembuahan dalam indung telur. Dan proses aktifitas seksual digunakan manusia untuk mengembangbiakkan keturunan.
Sel sperma yang terpancar dari dalam proses ejakulasi ini yang menjadi embrio terjadinya proses kehidupan manusia dari dalam rahim ibu. Dari setetes air, menjadi segumpal daging, menjadi daging yang berbentuk , lalu mendapatkan nyawa dan bisa lahir sebagai anak manusia.
Proses berkembang biak manusia diciptakan sebagai sarana rekreasi dan bersenang-senang dengan pasangan masing-masing. Dan menjadi kekuatan tarik-menarik antara kedua jenis kelamin untuk mencari perhatian.
Untuk menarik lawan jenis, para perempuan rela tampil seksi dengan berbagai ornamen kelengkapan rias diri. Potong rambut, menghias wajah, berpakaian seksi, melakukan olah raga untuk kebugaran, bahkan memoles kulit tubuh dengan berbagai bahan agar kulit tubuh terlihat glowwing, kenyal, halus, dan mulus.
Bahkan para perempuan rela melakukan rekonstruksi bagian tubuh dengan operasi plastik untuk meluluskan keinginannya.
Pada dasarnya kebutuhan seksual adalah kebutuhan semua manusia. Bukan hanya kebutuhan laki-laki tapi juga perempuan.
Akan tetapi entah kenapa lelaki selalu diposisikan sebagai pihak yang paling butuh akan seksual, mendominasi, diberikan tanggung jawab sebagai pengelola seksual, dan dipersalahkan bila terjadi krodit dalam hubungan seksual, seperti ejakulasi dini, impotensi, atau ukuran senjata yang kurang meyakinkan.