Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Sandal dan Sepatu sebagai Alas Kaki Menapak Bumi

Diperbarui: 12 Juni 2020   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pixabay

Kaki manusia tercipta secara alami memiliki bagian kulit yang keras pada bagian telapak. Sebagai bagian yang menapak bumi dan bersentuhan dengan apapun.

Akan tetapi kapasitas telapak kaki sungguh sangat terbatas. Ia hanya mampu menahan kerikil , atau permukaan panas atau dingin yang masih bisa ditolerir oleh kulit manusia. Sementara untuk benda tajam dan sejenisnya, kulit telapak kaki tak mungkin bisa tahan.

Untuk itulah tercipta berbagai macam alas kaki, baik berupa sandal atau sepatu yang melindungi telapak kaki dari berbagai benda yang terinjak.

Sandal dan sepatu ini terdiri dari berbagai macam bahan. Dari karet, plastik, kain, kulit binatang, dan bahan sintetis.

Kita bisa membayangkan bagaimana keperluan hidup dengan nama alas kaki ini tidak diketemukan, mungkin sampai sekarang orang-orang akan berjalan dengan "nyeker".

Memang di kampung-kampung masih banyak lansia yang tidak menggunakan alas kaki saat berjalan. Bahkan mereka bisa berumur panjang karena setiap hari kakinya dipijat oleh alam dan memperlancar seluruh peredaran darah, sehingga tidak mudah jatuh sakit. Bahkan jarang ada lansia jaman dulu yang terkena penyakit dalam.

Akan tetapi kebanyakan orang tetap menggunakan alas kaki untuk beraktifitas, apalagi di perkotaan, telapak kaki harus menginjak aspal atau lantai beton yang panas.

Pada jaman dahulu alas kaki dibuat dengan bahan langsung dari alam. Kayu, kulit kayu, dan kulit binatang.

Saya pernah diberi hadiah oleh Mbah Kakung sebuah sandal dari kulit kerbau. Tapi sayang barang tersebut hilang entah ke mana saat kami pindah rumah.

Sandal teklek adalah warisan masa lalu yang sampai saat ini masih dipertahankan. Sandal dari bahan kayu dengan pengait dari ban bekas ini menjadi sandal favorit saya waktu tinggal belajar di pesantren, karena harganya murah, dan awet.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline