Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

[Fiksi Ramadan] Obor yang Tak Pernah Dinyalakan

Diperbarui: 23 Mei 2020   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Indozone


Hilal telah tampak , Zul, anak lelaki 7 tahun itu dengan mata redup terus memandang jalanan. Sudah sejak pagi ia bersiap bisa memegang obor dengan nyala api dari sumbu sobekan kaos milik ayahnya .

Ia berharap malam ini akan ada takbir keliling seperti tahun-tahun sebelumnya. Ratusan anak memegang obor keliling kampung sambil mengumandangkan takbir.

Ia ingat betul saat tahun lalu kawan-kawannya dengan penuh sukacita memegang nyala obor dengan dengan bahan bakar minyak tanah. Ia ingin sekali memegangnya walau sebentar, tapi kawan-kawannya mengatakan,

"Kamu masih kecil, belum sunat, besok aja megangnya kalau sudah sunat".

Kata-kata itu sungguh menyakitkan, sebab diantara kawan sebayanya, ia sendiri yang belum sunat, dan ia yang paling kecil diantara semua teman-temannya.

Di Kampung Zul, sunat seperti sebuah ukuran kedewasaan bagi seorang anak. Bahkan anak-anak di Kampung Zul, banyak yang sudah disunat sejak umur 2 bulan. Bahkan beberapa kawannya disunat saat masih bayi bersama dengan terlepasnya tali pusat.

Biasanya orang-orang di kampung Zul, menyunatkan anak laki-lakinya bersamaan dengan acara pemberian nama, aqiqah, dan potong rambut. Tapi ini bagi keluarga yang mampu .

Ayah Zul bekerja sebagai petugas pembuang  sampah di sebuah perumahan di dekat kampung. Hasil yang diterima tiap bulan hanya cukup untuk makan keluarganya.
Sehingga untuk acara sunat dan semacamnya masih tertunda untuk Zul.

Zul sangat terbantu saat sebuah lembaga nirlaba mengadakan sunatan massal di kelurahan. Dengan penuh keberanian ia mendaftar sendiri, dan saat pulang sambil membawa sarung dan baju baru dan paket alat sekolah, ayahnya menangis sesenggukan. Apalagi di kantong Zul ada amplop pemberian panitia yang besarnya lumayan untuk ukuran Zul.

Sejak disunat, Zul sudah berikrar, ramadan tahun ini ia akan berpuasa sebulan penuh, dan akan mengikuti takbir keliling bersama teman-temannya dengan obor miliknya sendiri yang dibuatkan oleh orang tuanya .

Setelah ashar, orang tua Zul sudah menuang minyak tanah dari lampu tempel di dinding dapur. Lampu itu sengaja dipersiapkan untuk mengantisipasi bila terjadi pemadaman listrik. Dan orang tua Zul selalu mengisi  tabung lampu tempel dengan ukuran penuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline