Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Japa Mantra sebagai Jimat Ajian

Diperbarui: 10 Mei 2020   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pixabay 

Mantra atau ditulis dengan huruf "e" mantera adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu "menciptakan perubahan" (misalnya perubahan spiritual)

Mantra digunakan sebagai jalan pintas untuk menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan,  dan ada sebagai sebuah sugesti diri sendiri untuk menghimpun kekuatan psikologis.

Pada jaman dahulu saat masyarakat Jawa masih sangat kental dengan kehidupan dinamisme dan animisme, japa mantra merupakan kebutuhan pokok yang  akan membantu seseorang untuk mencapai tujuannya.  

Saya memiliki seorang tetangga yang piawai menaklukkan balita agar bisa melepas susuan pada ibunya hanya dengan media makanan atau minuman.  Ia komat-kamit merapal mantra dan meniupkan pada makanan dan minuman,  lalu setelah makanan  atau minuman dinikmati si bocah,  maka lupalah si bocah pada nenen ibunya.

Dalam ilmu supranatural juga dikenal mantra-mantra gaib yang  mampu membuka tabir penglihatan seseorang akan keadaan sebuah alam antah berantah,  dan orang  yang "aura penglihatannya' telah dibuka,  akan mampu menyaksikan fenomena makhluk gaib dengan mata telanjang.

Sebagaimana teori filsafat,  bahwa hitungan hitungan tertentu bisa mempengaruhi kondisi metafisika,  maka japa mantra merupakan sebuah formulasi kata dengan ukuran-ukuran tertentu sehingga mampu mengubah sebuah pola pandangan manusia terhadap sesuatu yang  tak lazim menjadi biasa.

Seorang indigo diyakini mampu melihat masa depan bahkan masa lalu seseorang hanya dengan melihat mata,  garis tangan, atau saat menerima jawaban dari sebuah pertanyaan.  Sehingga ia mampu merefleksikan sebuah gambaran gaib berupa simbol-simbol bayangan sebagai sebuah kejadian yang bisa dicerna secara nyata.

Buku Betaljemur adamakna | dokpri

Ada sebuah buku kecil dengan judul Betaljemur Adamakna yang dianggit oleh Kangjeng Pangeran Harya Tjakraningrat.  Buku setebal 246 halaman ini memuat berbagai tips orang Jawa dalam menjalankan kehidupannya sesuai dengan petungan atau hitungan berdasarkan angka atau naga dina,  sehingga memunculkan sebuah formula tindakan secara khusus dan menyeluruh saat menghadapi sebuah masalah.

Kangjeng Haryo Tjakraningrat penganggit kitab Betaljemur adamakna | dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline