Siapa yang tak kenal dengan kota wisata Bandungan. Desa yang berubah jadi kota kecamatan itu kini semakin dingin dengan hawa yang tak terkontaminasi kehidupan wisata.
Kota dengan daya tarik wisata hiburan siang dan malam ini harus menerima nasib seperti kota wisata lain. Karena destinasi wisata yang harus ditutup untuk menghindari kerumunan orang.
Semua bidang pendukung wisata pun ikut terjerambab karena ketiadaan pengunjung.
Pengelola tempat wisata, hotel, para pedagang pasar wisata, pemilik kuda, home karaoke, para pekerja wisata, adalah para pelaku ekonomi yang sekarang nyaris lemas tak berdaya karena tak ada lagi wisatawan yang datang ke Bandungan.
Jarwadi (40) salah seorang kawan saya yang bekerja sebagai manajer sebuah hotel Bintang 3 di kawasan bandungan mengatakan bahwa sudah hampir 3 minggu ini 0 kunjungan. Sehingga pemilik hotel terpaksa merumahkan beberapa karyawan untuk mengurangi biaya operasional.
Jumi'an (50), pemilik sebuah rumah karaoke di dusun Ngunut Bandungan ini terpaksa memberhentikan semua karyawan karena sudah hampir sebulan ini tidak ada pengunjung.
Sementara itu kawan saya yang lain seorang pemilik rumah kost untuk para pemandu lagu mengatakan bahwa kamar-kamar kost di tempatnya semu kosong tak berpenghuni.
Semua penyewa yang terdiri dari mbak-mbak pemandu lagu terpaksa angkat koper pulang kampung karena di Bandungan sudah tidak ada lagi yang diharapkan. Rumah karaoke nyaris semuanya tutup dan mereka kehilangan pekerjaan. Daripada terus terpuruk, mereka memilih pulang kampung.
Di kawasan Bandungan banyak orang yang menggantungkan usaha ekonomi pada sektor wisata.
Dalam pengelolaan hotel selain terkait denga para karyawan pelayan tamu, juga terkait dengan tukang cuci dan setrika sprei dan handuk para tamu. Pelaku usaha ini adalah para ibu rumah tangga sekitar hotel.
Adanya pandemi covid-19 juga menghalangi berbagai acara yang digelar di Bandungan, sehingga catering penyedia layanan makanan kehilangan pekerjaan.