Salah satu kegiatan khas di bulan ramadan adalah buka bersama. Nyaris semua masjid dan musholla menyediakan menu berbuka bagi para jama'ah.
Di Semarang, tepatnya di Masjid Jamik Pekojan, ada kegitatan rutin setiap tahun berupa menikmati bubur koja yang disediakan oleh pengurus masjid dari sumbangan yang dikumpulkan oleh para jamaah.
Bubur yang dimasak dengan bumbu dan cara yang sangat khusus ini banyak diminati oleh berbagai kalangan. Tidak hanya para jamaah masjid, juga oleh warga pendatang yang kebetulan mampir di masjid Pekojan.
Saya beberapa kali hadir menikmati bubur koja dengan para jamaah. Duduk sila berjejer di serambi yang luas, lalu pengurus masjid membagikan bubur koja dalam piring.
Jadi kita tinggal duduk di tempat yang sudah disediakan, tanpa perlu mengantri atau berebut. Karena semua orang pasti akan mendapatkan.
Konon Pekojan adalah salah satu daerah di Semarang yang 150 tahun yang lalu menjadi tempat berdiamnya para pedagang dari India. Mereka adalah para pedagang yang menetap di Semarang. Dan lokasinya disebut sebagai Pekojan, dari kata Koja.
Sebagaimana penamaan pecinan bagi sebuah kelompok yang mendiami gang pinggir kota Semarang.
Bubur koja adalah salah satu tradisi dari etnis ini yang terus dilestarikan oleh para anak cucu sebagai cara untuk memeriahkan bulan ramadan.
Bubur ini dimasak menggunakan cara yang khas, Terbuat dari campuran rempah-rempah pilihan, mulai potongan jahe, salam, daun pandan, irisan bawang bombay dan yang bikin sedap karena terdapat campuran kayu manis dan cengkeh di dalamnya.
Kuah kare dengan irisan daging kambing dan telur menajadikan bubur ini sangat nikmat disantap setelah seharian berpuasa. Dan selalu menarik minat para pengunjung yang kebetulan melewati masjid pekojan di bulan ramadan.
Tapi saat ini apakah masjid Pekojan masih menyediakan bubur koja, kita juga tidak tahu. Mengingat Pandemi Covid-19 belum mereda.