Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Wabah Corona dan Kapitalisme

Diperbarui: 3 April 2020   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pixabay

Wabah global virus corona, hampir tak ada satu negara pun yang  bisa menolak kehadirannya. Menjangkau pelosok-pelosok dunia dengan interaksi parsial lalu menyebar tak terkrendali seperti jejaring tak kasat mata. Satu menjadi dua, dua menjadi empat, menjadi sejuta, hingga jutaan manusia seluruh dunia tertular. 

Sebagaimana dilansir kompas.com sampai hari ini Indonesia 1.790 pasien positif virus corona. Sementara itu dari jumlah tersebut, 81 pasien telah dinyatakan sembuh dan 136 pasien meninggal dunia.

Sementara untuk tingkat dunia sudah lebih 1 juta manusia terjangkit

Jakarta sudah mulai sepi, para pelaku ekonomi sudah menutup tempat usaha. Para pedagang kecil yang  biasanya mengais rejeki di sepanjang jalanan Jakarta sudah pada balik kampung.

Bahkan sentra pasar tanah abang ditutup kegiatannya sampai batas waktu yang  belum bisa ditentukan. 

Saya pernah  menuliskan di kompasiana, tentang karantina jakarta, menyoal keberanian pemerintah mengisolasi Jakarta, mengingat 70 persen perputaran uang terpusat di Jakarta.  

Saya juga berandai-andai bila Jakarta diisolasi seperti di Wuhan dengan menghentikan semua jalur transportasi publik, kereta api, pesawat,  dan bus. Sehingga roda ekonomi akan berhenti sejenak dan fokus pada penanganan wabah. 

Tapi kewenangan lockdown  ada di pemeriantah pusat, sehingga ada kepentingan tarik ulur yang  menyisakan masalah ekonomi bila jakarta melakukan lockdown secara total. 

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), menjadi pilihan pemerintah untuk mengantisipasi persebaran virus corona, dan berlaku di seluruh wilayah Indonesia. 

Sampai di poin ini serasa ada hal  yang  sangat mengganjal.  Melihat kondisi Wuhan saat awal mula corona mewabah. Semua mata dunia tertuju ke sana. Korban berjatuhan,  tim medis kewalahan,  warga datang ke rumah sakit dalam kondisi sehat. Setelah diperiksa mereka mengantri untuk diisolasi dan dirawat. Beberapa warga datang sehat, tapi selanjutnya tak bisa pulang karena wafat. 

Pemerintah China melockdown  total kota Wuhan, bahkan propinsi Hubei. Sehingga masyarakat Wuhan harus hidup dalam keterbatasan karena semua jalur transportasi telah ditutup. Bahkan mereka yang  berada di wuhan harus berhenti sejenak dari aktifitas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline