Di Rumah Aja Kok Boros?
Di mana pun berada semua orang butuh biaya. Baik di rumah, di perantauan atau saat dalam perjalanan. Boros itu melebihi kapasitas dan melampaui kebutuhan. Pengeluaran lebih besar dari biasanya karena lonjakan kebutuhan yang tak diduga dan tak semestinya.
Boros itu bocor dalam pengeluaran biaya, sehingga terkadang finansial terkikis lebih cepat dari biasanya. Dan pemborosan yang terjadi seringkali membuat jatah belanja tak mencukupi sampai waktu modal belanja terisi kembali.
Kendaraan bisa boros bbm bila karburasi tak sinkron dengan kebutuhan. Sehingga gas yang diinjak akan memakan banyak bahan bakar saat diinjak. Dan waktu tempuh tak sesuai dengan hitungan bahan bakar secara rasional.
Saat tagar #DiRumahAja bergaung, semua orang menyadari bahwa semua harus dilakukan di rumah. Sehingga semua kebutuhan terfokus di rumah. Dari keperluan konsumasi, data internet, jajan, dan untuk kebutuhan lain.
Kalau saya merasakan kehidupan selama semua berkumpul di rumah, justru menekan pengeluaran. Bahkan beberapa kebutuhan bisa tercover secara langsung saat semua berada di rumah.
Bekal anak sekolah sudah bisa ditekan pengeluarannya karena anak sekolah libur dan tak membutuhkan bekal uang saku dan biaya untuk sarapan pagi.
Sementara untuk internet sudah terpenuhi dengan jaringan wifi yang terpasang di rumah. Bahkan untuk keperluan bahan bakar bisa ditekan sedemikian rupa karena tak perlu antar jemput anak sekolah.
Memang biasanya istri masak hanya sekali di pagi hari saat hari normal, untuk sarapan pagi. Sementara untuk siang hari anak-anak berada di sekolah dan baru pulang ke rumah saat sore hari.
Dan untuk minggu-minggu ini karena semua anggota berkumpul, maka istri memasak dua kali. Untuk sarapan pagi, dan siang hari untuk makan siang. Sementara untuk mal hari keluarga kami hanya sesekali makan nasi. Dan mengganti dengan kuliner malam sesuai dengan selera masing-masing.