Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Kondisi Wilayah Tembalang saat Semarang di Zona Merah Penyebaran Covid-19

Diperbarui: 26 Maret 2020   01:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu sudut Tembalang terlihat sepi (dokpri)

Kawasan Kecamatan Tembalang  memang seperti wilayah yang tak pernah mati.  Nadi ekonomi berdenyut sepanjang hari. Nyaris 24 jam sehari tanpa henti.  

Keberadaan Kampus-kampus besar di wilayah kecamatan Tembalang seperti menjadi urat nadi perekonomian warga sekitar.  

Kosan mahasiswa,  pengusaha fotocopy,  serta keberadaan usaha kuliner siang malam seperti kehidupan yang saling melengkapi.

Maka tak heran bila di Kawasan Tembalang banyak pengusaha yang berani buka usahanya selama 24 jam sehari.  Sebab para mahasiswa mempunyai kegiatan tak kenal waktu.  Pagi dan siang kuliah,  malam hari mengerjakan tugas dosen dan bergerombol di tempat-tempat strategis.  Menikmati malam sambil berdiskusi dan merencanakan program untuk esok hari.

Kondisi semacam ini membuka peluang bagi para pengusaha untuk menciptakan usaha kuliner bagi mahasiswa,  dan menyediakan tempat dan fasilitas representatif untuk mendukung program penjualan.

Tak heran bila di kawasan Tembalang banyak  lokasi  favorit bagi para mahasiswa untuk sekedar nongkrong dengan memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada.

Saat ini virus corona merebak ,  para pengusaha menjerit.  Kegiatan sekolah dan kampus di seluruh Indonesia,  termasuk di Tembalang ditangguhkan untuk sementara waktu. Menunggu sampai situasi reda.  

Para mahasiswa memilih pulang ke kampung halaman dan mengerjakan tugas dosen di rumah,  KKN ditunda,  semua program seremonial ditiadakan,  dan yang  yang  tersisa adalah mahasiswa dari jauh,  yang tak mungkin pulang karena harus menyelesaikan pekerjaan atau karena alasan lain.


Para pengusaha  kuliner malam di wilayah Tembalang, membuka usaha mereka dengan mengharap para mahasiswa yang masih tersisa.  Dan membuka usaha lebih lama. Karena sedikitnya orang yang datang.

Tapi saat ini,  para pengusaha mulai resah,  karena aparat keamanan terus melakukan operasi malam hari sampai menjelang subuh.  Penerapan sosial distancing menyasar kerumunan orang di kafe,  warung kopi pinggir jalan, bahkan warung-warung yang dijadikan tempat nongkrong bagi anak-anak muda.

Pelarangan yang  bersifat masif dari pemerintah memang tak menyisakan ruang bergerak.  Mereka harus menurut,  sebab bila membangkang pasal 212 KUHP sudah siap menanti sebagai bahan tuntutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline