Di bulan rajab dan sya'ban kampung keluarga istri saya biasanya dipenuhi oleh orang-orang dari luar kota.
Mereka adalah para pekerja urban yang telah sukses di daerah lain dan menyempatkan diri pulang kampung untuk mengikuti upacara tahunan di kampung berupa nyadran.
Di kampung Istri saya di daerah Magelang, saya beberapa kali menyempatkan hadir untuk ikut berhidmat menyaksikan semua prosessi yang digelar.
Biasanya kegiatan dilaksanakan pagi hari, semua warga hadir di pemakaman mengikuti acara tahlil masal yang dipimpin oleh seorang kepala dukuh.
Besar kecil tua muda laki perempuan semua hadir di pemakaman. Melangitkan doa, memohon ampun untuk para arwah ahli kubur, dan meminta keselamatan dan terhindar dari bala bencana.
Setelah acara selesai, warga kembali ke rumah masing-masing, mandi dan bersiap mengikuti acara selanjutnya di halaman kediaman kepala dukuh.
Kentongan panjang menandai bahwa warga diharap segera ke tempat acara.
Semua warga datang berduyun-duyun dengan membawa aneka makanan yang ditaruh ke dalam takir (wadah dari daun pisang), tiap warga membawa 5-10 paket yang berisi nasi, lauk, sayur, dan berbagai makanan kecil.
Semua makanan ini dikumpulkan jadi satu di tempat kepala dukuh dan nantinya akan dibagikan kembali kepada warga dengan bentuk kado silang sebagai bentuk gerakan kebersamaan.
Dalam acara seremonial yang digelar, Kepala dukuh menyampaikan laporan semua situasi yang ada di kampung. Baik situasi ekonomi, budaya, dan keberhasilan dalam bidang lain. Serta menyampaikan hal-hal yang perlu dibahas bersama seusai acara nanti.
Setelah itu akan disampaikan pengajian umum oleh Kiai dari luar kota, tapi sebelumnya ada acara sambutan dari tokoh masyarakat dan siapa-siapa yang arwahnya dikirim doa.