Kata tersinggung berasal dari kata singgung yang berati tersenggol, atau terjamah.
Kata ini diadopsi sebagai sebuah analogi untuk kata atau perbuatan yang melukai perasaan, berhubungan dengan harga diri pribadi dan kelompok, serta lebih luas lagi menjadi sebuah celah komoditas politik yang memberikan efek tak berkesudahan.
Seseorang menjadi tersinggung bila mendengar kalimat melecehkan, menyakiti, dan merendahkan harkat dan martabat. Sehingga merasa kehormatannya terusik.
Tindakan balasan dari rasa tersinggung ini bisa berupa counter balik berupa reaksi emosi dan bisa juga terwujud dalam sebuah tindakan frontal sebagai bentuk perlawanan.
Beberapa kelompok menciptakan sebuah produk "ketersinggungan" agar ada jarak yang tak terlihat. Lalu membangkitkan emosi secara kolektif hingga terkadang menimbulkan gerakan dukungan dan perlawanan secara tergeneralisir.
Tak ada yang salah dengan orang yang mudah tersinggung. Sebab perasaan tersinggung itu bisa menjadi tameng seseorang dalam menjaga harga diri, mempertahankan idealisme, dan menjadi penghalang bagi orang lain untuk melakukan penistaan.
Tapi yang perlu diperhatikan adalah bahwa efek ketersinggungan bisa berakibat fatal, bila orang yang tersinggung tak mampu mengendalikan diri.
Emosi yang memuncak dari efek tersinggung bisa merubah seseorang laksana binatang buas, mengaum keras lalu bertindak secara agresif melakukan aksi sebagai bentuk perlawanan.
Soal risiko dipikir belakangan, yang penting ia bisa melampiaskan kekesalannya.
Karena tersinggung, orang-orang baik bisa berubah jadi temperamental. Bahkan mengungkapkan kalimat kasar.