Jangan Senang Dulu bila Keluarga Anda Setelah Demam Mengalami Penurunan Suhu Badan
Wabah demam berdarah yang terjadi di NTT mengingatkan saya pada sebuah peristiwa menyedihkan 8 tahun yang lalu.
Akibat orang tua kurang memahami situasi, membuat sebuah keluarga harus kehilangan anak kesayangan mereka.
Jenasah anak lelaki berumur 6 tahun itu nampak lemas dalam pangkuan, saya yang memandikannya dibantu para tetangga.
Inosh, anak kecil berusia 6 tahun ini sekarat di tempat tidurnya, saat seluruh anggota keluarganya sedang menyibukkan diri untuk persiapan kegiatan pagi.
Ayahnya sedang mandi, ibunya sedang menyiapkan sarapan, dan ketiga kakaknya sudah berdandan rapi hendak berangkat sekolah, menunggu sarapan siap.
Keluarga ini rumahnya dekat dengan tempat tinggal saya. Sehingga celoteh bocah-bocah dari rumah keluarga itu setiap pagi terdengar dari rumah kami.
Pagi itu terdengar suara jeritan keras dari rumah itu. Suara perempuan terdengar menjerit dengan histeris, gugup dan bingung tanpa bisa berbuat apa-apa.
Saya mendekat ke rumah keluarga itu dengan masih mengenakan sarung. Terlihat Inosh sekarat, matanya melotot dengan suara dengkuran keras. Saya buru-buru memanggil tetangga yang lain. Lalu seorang tetangga mengeluarkan mobil dan membawanya ke rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, Inosh sudah tidak bergerak sama sekali. Kata dokter yang merawatnya kadar trombosit di tubuh Inos sudah di bawah minimal sehingga nyawanya tak dapat diselamatkan lagi.
Akhirnya jenasah Inosh dibawa pulang kembali menggunakan ambulance.
Pagi itu yang hadir di rumah duka hampir semuanya menangis, tak mampu menahan haru, termasuk saya