Entah cobaan macam apa yang sedang Tuhan timpakan kepada manusia di muka bumi ini. Belum selesai virus corona menyerang hampir di seluruh dunia dengan korban tewas yang terus bertambah, membuat matinya roda pekonomian di beberapa wilayah dunia, kini kita dikejutkan lagi dengan berita wabah demam berdarah di Indonesia.
Sebagaimana dilansir Kompas.com status KLB demam berdarah ditetapkan di propinsi Nusa Tenggara Timur dengan rincian korban sampai dengan hari Minggu (8/3/2020), tercatat ada 32 warga NTT yang meninggal akibat DBD.
Sementara itu, terdapat 2.697 warga yang sedang dirawat akibat demam berdarah, di sini perinciannya.
Mengenai sebab mengapa hampir meratanya wabah DBD di NTT tentu perlu ada kajian yang menyeluruh oleh para ahli.
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue. Demam berdarah merupakan penyakit yang mudah menular. Sarana penularan demam berdarah sendiri berasal dari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpictus.
Di tempat kami sering juga ada orang yang terkena DBD, tapi segera bisa diatasi karena warga dengan sigap memeriksakan diri ke dokter sebelum kondisinya parah. Meskipun ada satu dua orang yang tak tertolong karena kadar trombosit yang makin menurun.
Gejala awal demam, lalu sesaat setelah minum obat pereda panas, kondisinya membaik, setelah itu kondisi badan makin drop dan seringkali berakhir dengan kematian bila penderita tidak waspada.
Saya punya tetangga yang beberapa tahun lalu kehilangan putra bungsunya yang masih berusia 6 tahun. Malam hari anak ini rewel, tiba-tiba suhu badannya panas meninggi. Oleh orang tuanya anak ini diberi minum obat pereda panas. Sesaat kemudian suhu badannya turun. Lalu muncul bintik-bintik merah di sekujur tubuhnya. Orang tua si bocah berencana membawa ke dokter keesokan harinya. Sekalian berangkat ke kantor.
Namun sayang pagi hari sebelum dibawa ke rumah sakit, si bocah sudah menemui ajal. Dan ini menjadi penyesalan yang berkepanjangan bagi kedua orang tuanya. Karena tidak mengetahui kalau anaknya terkena DBD
Siklus penderita DBD memang seperti pelana kuda, panas-turun-panas. Justru saat suhu turun ini yang perlu diwaspadai karena saat penderita sudah turun panas, biasanya orang-orang di sekitarnya abai, dan mengira sudah sembuh. Padahal virus sedang berinkubasi dan mulai menyerang dengan ganas.
Di wilayah kami biasanya aparat kelurahan melakukan himbauan pada warga untuk melakukan 3M, Menguras, Menutup, Mengubur.
Menguras bak dan tandon atau bak air, menutup tempat air, dan mengubur barang-barang yang disinyalir bisa menjadi sarang berbiaknya nyamuk penyebar virus DBD, seperti ban bekas atau kaleng bekas misalnya.