Dekonstruksi adalah sebuah metode pembacaan teks. Dengan dekonstruksi ditunjukkan bahwa dalam setiap teks selalu hadir anggapan-anggapan yang dianggap absolut.
Kita memang sering mendengar para ustad yang menyampaikan tentang persoalan peran seorang perempuan dalam kehidupan, terlebih seorang istri terhadap lelaki suaminya.
Dalil dari ayat agama disampaikan sebagai dasar dan pijakan dalam menyampaikan pikiran-pikiran yang dianggap positif.
Sehingga informasi berdasarkan ayat suci diyakini sebagai sebuah kemapanan mutlak. Tidak dapat digugat dan diotak-atik dengan alasan apapun.
Banyak ayat dan hadits yang secara runtut mengenai kemutlakan rasa taat seorang perempuan sehingga menyentuh pada hal-hal yang tak terjangkau, meskipun satu sisi soal pahala dan dosa bukan ada pada kewenangan manusia. Salah satunya di sini
Kesetaraan dan emansipasi oleh beberapa kalangan dianggap sebagai sebuah pembangkangan terhadap nilai agama. Karena dianggap itu adalah ide dari orang barat yang bertentangan dengan nilai yang selama ini dianggap sebagai sebuah kemapanan yang tidak dapat diganggu gugat.
Kita memang tidak menyadari bahwa perkembangan jaman menyebabkan banyak penafsiran tentang ayat agama, yang sesungguhnya tetap mendukung secara esensi pesan dari sebuah ayat, hanya interpretasinya yang terus ada peningkatan.
Pentas tentang dekonstruksi syariah dengan semangat bahwa segala tatanan kehidupan tetap harus berkaca kepada nilai humanisme bisa anda lihat disini.
Meskipun para akademisi terus berdebat tentang dekonstruksi, tak bisa merubah kemapanan secara keseluruhan.
Karena emansipasi dan keseteraan gender merupakan ide barat yang dianggap sebagai sebuah perlawanan budaya patriarki yang telah didukung oleh dalil kuat berupa ayat-ayat Tuhan.
Penjelasan tentang sebuah dekonstruksi yang bermuara pada sebuah nilai kebebasan sering dianggap sebagai pemikiran sekuler yang bertolak belakang dengan keyakinan beragama.