Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Peraih K-Rewards+ yang Dirahasiakan, Bagaimana dengan Saya?

Diperbarui: 5 Maret 2020   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: SS K-Reward Kompasiana

Setiap bulan setelah pengumuman K-Reward+ dipublish oleh admin Kompasiana, biasanya saya  pamer kesuksesan dalam menggapai peringkat yang  terus mengalami peningkatan. 

Tapi K-Rewads+ mulai bulan februari 2020 ini ternyata dirahasiakan sama admin,  hanya peringkat 1-20 saja yang tertulis,  sementara peringkat di bawah 20  informasinya dirahasiaken alias dikirim secara pribadi melaui dasbord akun masing-masing. 

Bulan lalu saya mendapat transfer di akun gopay sebesar Rp.163.780, di peringkat 46,  dan bulan maret ini sebesar Rp .170.500 dengan total PV sebanyak 8,5K. 

Karena sudah nggak ada keterangan peringkat di bawah top twenty rank,  saya hanya menduga-duga bahwa peringkat saya sudah di bawah 40, kalau mengingat jumlah nominal yang di dapat.

Bangga iya, bahagia pasti. Sebab bukan jumlah nominal yang dikehendaki tapi peningkatan  kualitas artikel yang bikin naik kelas tiap bulan itu yang sering mengganggu hati.  

Dibanding dengan nama-nama seperti Mas Sigit,  Mas Eka,  Pak Irwan,  Ibu Zahrotul Mujahidah, Reba Lomeh,  atau bang Natas Labar dan sebagainya,  yang duduk di rombongan 20 besar Kompasiner peraih K-Reward+, saya tentunya bukan apa-apa. 

Apalagi kalau dilihat jumlah member Kompasiana  yang saat ini sudah di atas angka 500.000.

Tapi bagi saya,  yang sudah tercapai selama ini tidak sia-sia. Sebab apa yang  sudah diraih di kompasiana merupakan pengormatan terbesar bagi saya.  Sebagai K-Ners  yang diakui keberadaannya.  

Ke depan saya tak lagi mau bersaing,  atau menyaingi siapa-siapa.  Sebab para penulis memang akan menemukan pembacanya sendiri-sendiri. Terlebih gaya penulisan artikel masing-masing K-Ners memang beda dan unik.  Sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kecenderungan masing-masing. 

Hal ini juga membuka wawasan bahwa daya pikir harus terus dikembangkan,  sehingga setiap saat menemukan kalimat-kalimat tepat sebagai proses literasi.  Menyampaikan informasi tanpa niat menggurui. 

Sebab setiap orang memiliki ukuran sendiri-sendiri dalam menyikapi dan mengambil langkah penyelesaian masalah.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline