Hubungan laki-laki dan perempuan sebelum dan setelah menikah itu jelas berbeda. Berbeda dalam pelayanan dan sikap secara pribadi. Sebab disamping sudah ada perempuan yang tak lain istri sendiri.
Akrab boleh, dekat juga boleh. Tapi kedekatan dan keakraban dengan teman perempuan lain tetap harus dibatasi. Sebatas teman atau rekanan bisnis.
Sebab ada batas pertemanan yang harus ditaati dan sama sekali tak boleh dilanggar.
Sebelum menikah, kita mungkin dekat dengan seorang perempuan. Bisa apa-apa bareng. Makan bareng, jalan-jalan bareng, bahkan melakukan kegiatan bareng, bahkan tanpa batas waktu.
Tapi setelah menikah kegiatan bersama seperti itu tetap harus menghormati norma yang berlaku. Kita tak boleh lagi bermesraan dengan perempuan lain dengan alasan sudah akrab.
Bukannya kita anti keakraban semacam itu, tapi hubungan pertemanan yang kebablasan bisa mengakibatkan cideranya sebuah hubungan perkawinan.
Selain teman kantor, kita juga punya teman-teman di masa lalu. Dari teman SMP, SMA, teman kuliah maupun teman yang kita dapat saat magang.
Seringkali orang-orang ingin menyatukan kembali hubungan masa lalu dalan sebuah group percakapan. Dan hal ini membuat sebuah pertemanan menjadi semacam kenangan yang terus dibangun seperti ingin diulang.
Apalagi kalau dalam anggota group ada mantan kekasih yang ikut nongkrong meramaikan percakapan. Jadi seru kan?
Akan tetapi yang perlu diingat bahwa jangan sampai keseruan dalam ruang cheating ini menjadi sumber petaka perkawinan.