Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Menerjemahkan Hubungan Pertemanan Lawan Jenis dengan Sewajarnya

Diperbarui: 2 Maret 2020   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pixabay 

Hubungan laki-laki dan perempuan sebelum dan setelah menikah itu jelas berbeda.  Berbeda dalam pelayanan dan sikap secara pribadi.  Sebab disamping sudah ada perempuan yang  tak lain istri sendiri.

Akrab boleh,  dekat juga boleh.  Tapi kedekatan dan keakraban dengan teman perempuan lain tetap harus dibatasi.  Sebatas teman atau rekanan bisnis.

Sebab ada batas pertemanan yang  harus  ditaati  dan sama sekali tak boleh dilanggar.

Sebelum menikah,  kita mungkin dekat dengan seorang perempuan.  Bisa apa-apa bareng.  Makan bareng,  jalan-jalan bareng,  bahkan melakukan kegiatan bareng,  bahkan tanpa batas waktu.  

Tapi setelah menikah kegiatan bersama seperti itu tetap harus menghormati norma yang berlaku.  Kita tak boleh lagi bermesraan  dengan perempuan lain dengan alasan sudah akrab.

Bukannya kita anti keakraban semacam itu,  tapi hubungan pertemanan yang kebablasan bisa mengakibatkan cideranya sebuah hubungan perkawinan.

Selain teman kantor,  kita juga punya teman-teman di masa lalu. Dari teman SMP,  SMA,  teman kuliah maupun teman yang  kita dapat saat magang.

Seringkali orang-orang  ingin menyatukan kembali hubungan masa lalu dalan sebuah group percakapan.  Dan hal ini membuat sebuah pertemanan menjadi semacam kenangan yang  terus dibangun seperti ingin diulang.

Apalagi kalau dalam anggota group ada mantan kekasih yang  ikut nongkrong meramaikan percakapan. Jadi seru kan?

Akan tetapi yang  perlu diingat bahwa jangan sampai keseruan dalam ruang  cheating  ini menjadi sumber petaka perkawinan.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline