Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Sawah Ladang Kami Dahulu Sangat Luas

Diperbarui: 22 Januari 2020   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sawah ladang jadi pemukiman/dokpri

Ini adalah jalan Kedongwinong kelurahan Meteseh. Beberapa tahun yang lalu jalan ini rusak berat. Aspal yang terkelupas, membuat para pengendara motor sering terguling. Makin parah bila hujan, kubangan air membuat motor-motor seperti melewati arena balap trail. Beberapa kali tambal sulam, lalu rusak parah lagi.

Tapi itu dulu, sekarang sudah berbeda. Jalan Kedongwinong sekarang sudah mulus. Lapisan aspal hotmic membuat siapa saja merasa nyaman saat melintas. Sejak tahun 2017 Jalan Kedongwinong sudah diasapal hotmic dengan kualitas lebih bagus. Terbukti sampai sekarang jalan itu masih baik-baik saja, bahkan pasca diterjang banjir bandang tidak menunjukkan kerusakan yang berarti.

Dahulu di sepanjang jalan ini adalah sawah yang membentang. Awal tahun 2000 area persawahan dengan pemandangan indah para penggarap terlihat jelas dari jalanan.

Pak Kusnin dengan kedua kerbaunya yang gagah yang sedang membajak sawah  melambaikan tangan saat saya teriaki dari kejauhan.

Sebelah barat jalan raya ini jadi semacam jalur kerbau yang bersifat permanen. Sebab para kerbau milik petani menapaki jalan yang sama setiap kali pulang dan pergi.

Dulu di sawah-sawah ini saya bersama para penghuni perumahan juga beberapa penduduk desa menghabiskan malam dengan mencari belut dan ikan. Membawa obor berupa lampu petromax dan senjata berupa sabit. Satu pukulan tepat di tubuh belut membuat binatang ini lemas. Dan kami taruh di dalam ember bekas cat tembok.

Saat menjelang panen, saya bersama anak-anak sering blusukan ke tengah sawah. Berjalan di antara pematang kecil, menikmati kuningnya padi yang hampir di panen para petani.

Atau terkadang, kami sekeluarga berjalan-jalan di sore hari menikmati kicauan burung di gubug ujung bersawahan bersama penduduk lokal yang sedang asyik memainkan tali yang ujungnya terdapat kaleng untuk mengusir burung.

Itu adalah sekelumit keindahan yang bisa saya ceritakan saat lokasi ini masih berupa lahan persawahan.

Beberapa tahun kemudian, jalan kerbau sudah tidak ada lagi. Pinggir-pinggir jalan Kedongwinong sudah dipenuhi warung dan toko. Bahkan rumah-rumah besar mulai berdiri diantara sawah.

Saat ini suara  kodok yang berbunyi saat malam hari sudah tak terdengar lagi. Berganti suara deru mesin kendaraan yang setiap saat melintas di jalan ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline