Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Pasar Meteseh, Geliat Ekonomi Tradisional Yang Terus Bertahan Memperebutkan Pelanggan

Diperbarui: 20 Januari 2020   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pintu masuk pasar meteseh/dokpri

Seorang penjaga karcis mencegat pengendara di pintu masuk pasar. Lalu sebuah karcis dengan stempel harga 2000 disobek dan diserahkan ke pengendara motor sebagai tanda parkir.

Lokasi parkir yang sepi/dokpri

Puluhan motor dan mobil memenuhi halaman pasar ditengah deretan toko-toko  yang tak terlalu ramai. Bahkan beberapa toko terlihat kosong dan tutup.

"Sepi pak", kata Bu Sofiatun  seorang pedagang sembako  langganan saya. Ia berjualan  sejak pasar ini mulai dibuka beberapa tahun yang lalu sampai sekarang. Adik perempuan dan suaminya yang membantu melayani pembeli.

Beruntung Sofiatun pedagang grosir yang lumayan besar, jadi ia punya banyak pelanggan.

Dua los ia beli di pasar ini yang berfungsi sebagai gudang sekaligus tempat ia berjualan .

Sopiatun bersama suaminya/dokpri

Beda lagi ceritanya dengan Bu Haji Tini, seorang pedagang ayam pedaging yang juga seangkatan dengan Bu Sofiatun .

"Sehari bisa menjual 10 ekor sudah bagus pak", katanya seperti mengeluhkan pendapatannya yang minim di pasar ini.

Di pasar Meteseh ada ratusan pedagang yang kira-kira memiliki keluhan yang sama. Sepi pembeli.

Pasar Meteseh dibagi menjadi dua bagian.
Sebelah Utara untuk sembako dan sebelah selatan untuk pakaian dan peralatan dapur.

Kondisinya nyaris sama, pembeli datang dari jam 6 pagi sampai maksimal jam 11 siang. Setelah itu pasar terlihat sepi.

Los pedagang yang sepi/dokpri

Posisi pasar Meteseh sebenarnya sangat strategis. Berdiri diantara ratusan perumahan di kelurahan Meteseh dan kelurahan Sendangmulyo Semarang.
Tapi karena berdirinya relatif terlambat, maka konsentrasi warga untuk berbelanja tidak bisa fokus ke pasar meteseh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline