Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Menelusuri Jejak Keangkuhan Kolonialisme di Benteng Pendem Ambarawa

Diperbarui: 20 Januari 2020   00:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah untuk parkir/dokpri


Jalan sempit pinggir sawah dekat RSU Ambarawa itu terlihat sepi. Begitu memasuki Gapura saya hanya berpapasan dengan satu dua kendaraan bermotor.

Ini memang salah satu jalan  yang mengantar para traveler ke Benteng Pendem, selain melalui jalan menuju lapas Ambarawa dan melalui Jalan Markas Kavaleri.

Sebuah rumah tua yang merangkap sebagai tempat parkir  motor ada depan bangunan Benteng. Beberapa petugas yang mengaku pensiunan pegawai lapas Ambarawa menyodorkan selembar karcis tertera angka 5000 untuk biaya foto Selfi dan parkir.

Tiket 5000/dokpri

Bangunan tinggi dua lantai akan terlihat jelas, dengan gerbang cukup lebar  tanpa pintu, menjadi jalan para pengunjung memasuki area benteng. 

Ada tulisan  hitam berdasar kuning yang ditempel di bawah tangga bertuliskan "Dilarang naik ke lantai 2 untuk mengambil foto".
Tapi terlihat banyak para pengunjung yang berada di lantai 2 mengabadikan gambar.

Plakat larangan/dokpri

Memasuki Area Benteng lorong panjang dan lebar sekaligus berfungsi sebagai halaman Benteng. Sisi timur sepertinya memang bangunan yang masih ditempati oleh petugas lapas, atau mungkin pensiunan lapas. Terlihat beberapa mobil terparkir di area ini.

Di tengah area ini terdapat jembatan yang menghubungkan dua bangunan besar. Terpasang melintang dari barat ke timur.
Terlihat dari bawah, kayu jembatan ini sudah mulai terlihat keropos.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline