Pak Budi (nama samaran) adalah warga baru di lingkungan kami. Beliau sekeluarga mengontrak rumah yang dekat dengan tempat tinggal kami. Satu RT malahan.
Beliau pindah karena alasan anak semata wayangnya yang kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang.
"Biar dekat pak", katanya saat kami bertemu di pertemuan RT.
Kegiatan anak putri tunggalnya di kampus memang sangat menyita waktu, sehingga.
Kadang berangkat pagi pulang petang. Atau bila malam hari ada kegiatan ekstra Pak Budi tak jarang harus mengawal dengan menjemputnya di kampus.
"Jarak dari Demak ke Semarang cukup jauh pak", jadi akhirnya kami yang mengalah", imbuh pak Budi.
Saat pak Budi pindah ke lingkungan kami anak semata wayangnya memang sudah mulai menggarap tugas akhir.
Hingga beberapa saat kemudian putrinya wisuda,langsung diterima di sebuah perusahaan BUMN dan tugas di luar kota.
Pak Budi sendiri adalah seorang wiraswasta. Buka pengobatan alternatif di Masjid Agung Jawa Tengah. Ia rela tinggalkan rumahnya di Demak dan tinggal di kontrakan demi sang putri.
Waktu berjalan, putrinya dipinang oleh pria dari perusahaan yang sama tetapi beda wilayah kerja.
Beberapa kali kami rapat kepanitiaan lalu diputuskan bahwa lokasi pernikahan dan semua keperluanya di pusatkan di MAJT.
Undangan untuk 700 orang disebar. Tapi tetangga lingkungan hanya beberapa orang saja yang mendapat undangan. Karena belum banyak yang beliau kenal.
Catering dipesan 700X3, dekorasi dan pernak pernik, penginapan untuk tamu besan semuanya habis tidak kurang 250 juta.