Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Mengenal Tradisi "Dokok" di Kampung Rejosari Meteseh Kota Semarang

Diperbarui: 9 Januari 2020   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana hajatan di rumah pak Tain--dokpri

Pak Nasta'in sekarang boleh tersenyum lega. Anak semata wayangnya telah  ia hantar ke jenjang pernikahan, dengan pesta 2 hari satu malam yang dihadiri ribuan tamu, para  kenalan dan seluruh warga kampung.

Boleh dikata, pak Ta'in tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Biaya itu datang dari para tetangga, saudara, dan kenalan yang selama ini disokongnya dengan penuh semangat.

Saat hajatan, pak Ta'in menyembelih seekor sapi yang lumayan besar untuk suguhan tamunya. Itupun didapat dari saudaranya yang saat hendak hajatan dibantunya dengan seekor sapi. 

Sumbangan berupa beras, gula, mie kering, roti, makanan kecil, bahkan rokok, menggunung di rumahnya.

Apa yang didapatnya saat hajatan bukan tanpa sebab. Pak Ta'in sekarang umurnya sudah 48 tahun dengan umur perkawinan 28 tahun. Hampir semua keluarga di kampung Rejosari  itu pernah hajatan. Entah menikahkan anaknya, syukuran bayi, ataupun ngunduh mantu. 

Selama hidup berumah tangga, ia berkontribusi secara aktif menyumbang para tetangga dengan istilah "dokok".

Dokok atau deleh adalah dialek Jawa kasar yang artinya meletakkan atau menitipkan (versi saya). Ada kata "dokokno kono"  artinya letakkan di situ.

Dalam istilah kehidupan sosial masyarakat kampung, dokok adalah menyumbang dalam jumlah besar pada orang yang sedang hajatan dengan maksud agar saat ia mengadakan hajatan, maka sumbangan itu akan dikembalikan sama, atau lebih. Orang-orang bahkan boleh memilih apa yang diinginkan. Misalnya ia boleh meminta barang atau uang.

Orang melakukan dokok tidak terbatas pada sejumlah uang tertentu. Tapi bisa berupa barang. Baik itu beras, hewan ternak, telor, gula, ataupun rokok.

Saat melakukan dokok, orang yang rewang (tetangga yang membantu) akan mencatat nama dan barang dibawa. Itu semua sebagai pedoman seumur hidup saat yang menyumbang akan mengadakan hajatan.

Saat tetangganya mengadakan hajatan, Pak Ta'in  memang tak segan mengeluarkan biaya banyak untuk membantu tetangganya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline