Waktu itu hujan rintik-rintik seekor kucing belang mengeong diteras rumah. April 2013 pukul 19.00 saat kucing itu datang ke rumah kami.
Anak kami yang sulung menggendongnya dan membawa masuk. Diberi minum susu, dikasih makan nasi lauk pindang. Dan sejak itu Si Kucing tak mau pergi.
Anak-anak saya memanggilnya Kunthi, entah dari mana datangnya ide nama ini.
Beberapa bulan kemudian Kunthi hamil, seekor kucing jantan berwarna putih keturunan memang yang paling rajin mengunjunginya. Beberapa kali ia melahirkan,lalu meninggalkan anak-anaknya di tempat kami.
Curut, adalah anak kunthi generasi ke kedua. Hanya satu yang tersisa dari belasan anak kunthi. Beberapa diantaranya diadopsi tetangga dan beberapa diambil orang yang lewat.
Umur curut sekarang sudah 7 tahun. Karena ia lahir tahun 2013.Tahun pertama mengalami birahi, ia melahirkan tiga ekor anak. Semua dimakannya. Mungkin belum faham kalau itu anaknya. Soalnya bentuknya kecil-kecil mirip tikus dewasa.
Tahun kedua musim kawin, ia bertemu dengan tiga ekor jantan yang perkasa. Setiap hari para jantan itu bergantian menidurinya.
Pagi sore siang malam terjadi keributan. Genteng melorot, plafon jebol, piring dari lemari berjatuhan itu biasa. Belum lagi pub dan bau pesing air seni para pejantan di mana-mana.
Istri saya terus mengomel menyuruh saya membuang si Curut. Malam hari ia saya masukkan kardus, kardus saya lakban dengan rapat. Bersama keliima anaknya Curut saya buang ke pasar.
Tapi Masya Allah, begitu masuk rumah ia sudah tiba di rumah dengan terengah .. entah anaknya siapa yang mengadopsi.
Saat kami hajatan, Curut sama sekali tak terlihat. Bahkan daging dan ikan yang menggoda penciuman tak sekalipun ia ganggu. Ternyata ia bersembunyi di gudang diantara tumpukan buku bekas dan berbagai barang. Baru setelah hajatan selesai ia keluar dari persembunyian dan meminta makan.