Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Pasar Tiban di Masjid Baiturrahman Simpang Lima Semarang

Diperbarui: 3 Januari 2020   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlihat dari lantai dua /dokpri

Suara salam imam sholat Jumat terdengar, disambut suara gemuruh seluruh jamaah mengikuti  pertanda sholat Jumat telah usai.

Beberapa ratus jamaah masih bertahan melantunkan dzikir dan doa, sementara yang lain langsung bergegas menuju pintu keluar.

Aksesoris hp/dokpri

Lalu di antara jejal  para jamaah yang mengantri menuju pintu keluar masjid, sayup-sayup terdengar suara pedagang yang ramai menawarkan dagangannya.

Ya, hari Jumat di depan Masjid Agung Baiturrahman Semarang memang menjadi pasar tiban. Beberapa puluh pedagang kaki lima menggelar asongan dengan alas seadanya.

Ada peralatan dapur, alat rumah tangga, aksesories hp, jamu, obat kulit, ikat pinggang, kerajinan tangan seperti butiran penghitung tasbih, pipa rokok dan sebagainya.

Pengasah pisau | dokpri

Hari ini cuaca cukup cerah, kondisi alam ini mendukung aktivitas penjual dan pembeli di halaman masjid. Coba kalau hujan, mereka akan bubar mencari tempat berteduh di sepanjang bangunan bawah masjid. Maklum  namanya pasar tiban, jadi memang tidak ada peneduh khusus bagi para pedagang.

Sayang sekali saya tidak sempat bertanya, berapa uang yang para pedagang keluarkan untuk sekali tampil di pasar tiban. Karena saya yakin, pasti tidak gratis.

Sepatu dan dompet | dokpri

Seakan menjadi oase bagi para jamaah yang sebagian besar adalah pegawai dan buruh sekitar masjid, pasar tiban ini menjadi udara segar, sekedar pelepas penat setelah setengah hari bergelut dengan berbagai kesibukan.

Pedagang kaki lima yang hadir di pasar tiban sepertinya bukan orang baru, saya lihat wajah-wajah mereka adalah orang-orang yang biasa menggelar lapak disepanjang stadiun jati diri Semarang di car free day  setiap hari Minggu.

Pedagang obat | dokpri

Pedagang kaki lima memang seperti memiliki indera ke enam. Mereka mampu mengendus keramaian entah dengan cara apa. Tak berselang lama, saat jamaah berangsur sepi, para pedagang kaki lima pun segera berkemas, entah besok mereka berjualan di mana lagi.

Salah satu dari pembaca pasti pernah melihat suasana ini kalau kebetulan sedang melaksanakan sholat Jumat  di Masjid Baiturahman Semarang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline