Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Warung Tradisional Versus Minimarket

Diperbarui: 1 Januari 2020   01:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warung Tradisional /dokpri

Kemajuan jaman yang terus berjalan. Membuat segalanya berubah, banyak sektor informal yang terpinggirkan.

Pengelolaan usaha yang awalnya hanya secara individual yang dikelola dengan sistem kekeluargaan berubah menjadi usaha kelompok yang kuat.

Salah satunya adalah keberadaan minimarket yang tumbuh di setiap titik di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke berjejer minimarket hingga ke pelosok-pelosok kampung.

Warung tradisional di Indonesia dikelola oleh individual. Keperluan rumah tangga seperti sembako adalah produk utama yang disediakan di warung tradisional. Dalam perkembangan berikutnya, ketersediaan barang makin beragam. Tak hanya sembako tapi juga kebutuhan lain seperti sampo, sabun, alat rumah tangga dan sebagainya.

Di beberapa warung tradisional, dalam perkembangannya selain menyediakan sembako dan keperluan rumah tangga yang lain juga menyediakan sayuran segar, hasil bumi juga jajanan basah dan kering sebagai pelengkap.

Warung tradisional dalam perkembangan selanjutnya berujud seperti pasar mini yang menyediakan hampir semua keperluan rumah tangga dan melayani grosir untuk para pedagang kecil di sekitarnya.

Minimarket/dokpri

Minimarket yang belakangan ini muncul bagai cendawan di musim hujan, manfaatnya memang terasa bagi masyarakat  sekitar. Ketersediaan produk pabrikan yang lebih lengkap membuat minimarket mendapatkan kunjungan yang lebih intens dari masyarakat.

Dalam prakteknya minimarket tak hanya menyediakan keperluan sehari-hari, tapi juga melayani jasa untuk pembayaran berbagai macam angsuran. Bahkan sekarang ini minimarket selain melayani pembayaran dengan uang virtual juga menyediakan ATM bagi para pelanggan yang membutuhkan uang cash.

Dampak munculnya minimarket memang secara tidak langsung membunuh para pelaku retail kecil. Di tempat saya bermukim banyak warung-warung kecil yang memilih tutup daripada terus bertahan tapi dagangannya tidak laku karena isi  warungnya kurang lengkap.

Sementara yang lain bertahan karena selain warungnya yang lebih besar juga menyediakan layanan grosir.

Warung tradisional memang tak pernah bisa menyaingi minimarket. Tapi warung tradisional bisa jadi lebih familiar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline