Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Terompet dan Tahun Baru

Diperbarui: 29 Desember 2019   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menunggu pembeli di salah satu sudut kota Semarang | Dok. pribadi

Entah sejak kapan sebenarnya hadirnya terompet ke Indonesia. Yang jelas alat musik tiup dengan berbagai varian bahan, warna, dan bentuk ini sudah ada semenjak saya kecil.

Mirip dengan terompet adalah saksofon, alat musik tiup yang bisa diolah nadanya menggunakan tuts ini populer sejak Kenny G Seorang Saksofonis populer dengan lagu-lagu yang menyayat hati di tahun 1980-1990 an. Tercatat banyak lagu yang telah dibawakan Kenny G.

Kembali ke Terompet. Yang dijual dijalanan memang bukan terompet yang bisa berubah nadanya saat disentuh tutsnya. Karena terompet ini bahannya hanya dari kertas. Suaranya hanya nyaring dan lemah, tergantung tiupan angin penggunanya.

Udara yang ditiupkan lewat mulut terlebih dahulu melewati semacam filter yang terbuat dari bambu kecil yang  ujungnya di potong runcing sisi yang ini biasanya dipasang sebuah karet kecil yang bisa buka tutup semacam katup. Saat udara melewati ini terjadi getaran pada filter karet akibat pergesekan dengan udara dan mengeluarkan bunyi yang nyaring saat angin  keluar. Karena fungsi inilah maka ujung terompet sebagai tempat keluar suara lebih lebar daripada ujung untuk meniup.

Saat menjelang tahun baru, jalan-jalan protokol Semarang terdapat  banyak pedagang terompet. Mereka  datang dari daerah sekitar Semarang, seperti Kudus, Purwodadi dan Kendal.

Mereka datang sebagai pedagang musiman yang hanya berjualan menjelang tahun baru.
Saat ini terompet banyak ditawarkan oleh aplikasi berbasis daring. Entah bagaimana nasib para pedagang terompet ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline