Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Musim Penghujan, antara Harapan dan Kekhawatiran

Diperbarui: 3 Januari 2020   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat hujan mulai datang | Dokpri

Indonesia sebagaimana diketahui adalah negeri tropis yang hanya memiliki dua musim. Musim kemarau dan musim hujan.
Beberapa daerah di lokasi yang dekat dengan pemukiman kami mengalami hal yang menyedihkan saat musim kemarau.
Sungai yang surut, Sumur mengering, aliran PDAM  mati. Terkadang mereka mandi pun harus pergi ke masjid atau pom bensin terdekat. Dan menunggu kiriman air bantuan dari pemerintah untuk keperluan MCK.

Bagi saya yang tinggal di perumahan memang tidak perlu kawatir. Sebab PDAM memberi pasokan air dengan tertib, meskipun jadwalnya 2 hari sekali tetap mencukupi disiasati dengan membuat tandon sebagai tempat penampungan air yang mampu bertahan 2-3 hari saat saluran PDAM mengalami kendala.

Bulan kemarau tahun 2019 memang tidak terlalu lama, setelah hujan terakhir di bulan Maret lalu panas berkepanjangan yang memicu suhu bisa mecapai 40C di beberapa waktu.

Sampai akhir November saat hujan pertama mengguyur. Beberapa lokasi mulai tampak bersiap menghadapi. Beberapa titik  seperti Perumahan emerald, Perumahan Dinar Indah, perumahan Dinar Elok, kampung Kedongwinong tahun sebelumnya mengalami banjir yang cukup parah akibat jebolnya saluran irigasi di belakang kampung.

Kampung ini memang berada di jalur saluran yang datang dari arah atas, seperti Tembalang, Ngesrep yang airnya mengalir melalui saluran sepanjang Sigar bencah.

Saat banjir tahun lalu puluhan rumah warga terendam, listrik mati total semalaman, dan beberapa bangunan milik SD meteseh ambruk.

Bahkan sebelumnya Perumahan Dinar Indah ditenggelamkan oleh luapan kali Pengkol akibat dasar kali yang mengalami sendimentasi, sehingga air yang mengalir dari dari hulu sungai tak mampu tertampung dan mengakibatkan tanggul sungai jebol.

Lokasi di dekatnya yaitu perumahan Dinar Elok pernah mengalami hal yang sama, saluran air disekitar pemukiman  yang hanya beberapa jengkal tak mampu menampung air hujan , sehingga air menggenangi beberapa RT.

Lebih-lebih saat ini jalur Dinar Mas Dinar Elok sudah dibetonisasi, padahal posisi jalan lebih tinggi daripada jalan milik warga. Sehingga dikawatirkan bila terjadi hujan yang massif lokasi ini akan kembali tergenang.

Manusia memang butuh hujan untuk mengairi sawah dan tegalan, membuat ikan di sungai berpesta pora karena air sungai kembali penuh. Bahkan pohon jati yang tempo hari meranggas saat kemarau kini sudah menghijau kembali sebab hujan.
Sumur-sumur warga menjadi penuh, sumber-sumber air mulai berfungsi kembali memberikan air bagi kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline