Lihat ke Halaman Asli

Bismillah...!!! Bolehkah Aku Melafadzkannya...???

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13312623072141923669

Dengan menyebut namaMU ya Allah, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, hamba berangkat menuai luka, hanya demi sekeping hati pahlawan kecil hamba, dan sedikit cercah harapan yang mungkin masih tersisa untuk hamba.

Bolehkah aku memohon welas asihNYA, Ayah...?? sementara aku sendiri nyaris tak mampu menghindar dari serpihan-serpihan tajam ujung gelas kaca yang hanya memberikan sedikit makna akan indahnya hidup. Bahkan hingga kini pun tak mampu aku membaca janji-janjiNYA bagi manusia yang tabah dan tawakal. Semua masih gelap dan menakutkan, bagiku dan bagi teman-temanku. Apa yang bisa kami lakukan dengan ini semua, bahkan untuk berkata "tidak" pun kami harus membayarnya mahal.

Dengan menyebut namaMU yang agung ya Allah, hamba ingin berlindung dari dera sengsara yang tak pernah lepas tergambar dari pelupuk mata hamba.

Ayah tahu...?? Kami seperti serigala bagi yang lainnya, buas tak kenal ampun, menguras nafsu-nafsu bejat para penikmat jalang itu, bahkan kami pun menjadi bagian dari persekutuan setan yang tak henti-hentinya menebar aroma keindahan sesaat bagi manusia-manusia sialan itu. Tawa dan desah, kami hiasi dengan wewangian yang memabukkan, hanya memabukkan, karna jika mati, kami tak dapat apa-apa.
Sorot mata dendam kami simpan rapat-rapat di hati, karena hanya itu yang kami punya.
Lantas.... perlindungan apa yang kami inginkan dariNYA?

Jika pun tak ada yang layak pada diri kami untuk dilindungi, setidaknya ijinkan hamba untuk tetap berharap Ya Allah. Ya Allah.... semoga sepenggal rasa syukur  hamba ini, memberi arti bagi kehidupan anak-anak hamba kelak, dan jika ada sisa, semoga mampu membasuh sedikit sesal hamba. ----- Tadinya hanya berawal dari sebuah kalimat yang ku lontarkan tanpa bermaksud apa pun, "cobalah sesekali tidak minum Ke..!! siapa tahu puasamu malam ini membawa berkah bagi kehidupanmu, esok maupun akan datang" "Kebetulan sepi Yah.... gak ada tamu, tapi biasanya kami tetap minum, biar nggak ngantuk" "Kata orangtua, sing poso bakalan nemu riyoyo". "Maksud Ayah?", disulutnya lagi rokok mild bungkus ke dua, batang ke limanya. Lembut jemarinya menyambar vodka yang aku tuangkan di gelas mungilnya. Tanpa ekspresi apa pun, seperti minum teh, sejenak setelah diletakkannya kembali gelas mungil itu, di bukanya yakult, ditegaknya dengan sedikit meringis. Aku tak tahu untuk apa minuman itu. "Biasanya, ketika orang mampu mengendalikan keinginannya demi sebuah kebaikan dan RidhoNYA, maka yang ia dapatkan malah jauh lebih besar dari harapannya semula, kamu nggak menginginkan itu?" "Ya itu yang jadi pertanyaan kami setiap hari, apa ya masih ada tempat? sementara kami tak melihat sedikitpun pijar lentera di depan sana, kami hanya melihat gelap yang semakin pekat, Yaaaaa.... daripada sia-sia, mabuk aja lagi, hahahahaha.......". Seperti ada tangis di sela tawanya. Aku hanya bisa meringis, sambil "masih" membantunya menuang vodka di gelasnya. ----- Setahuku, Tuhan tak pernah ragu-ragu meminjamkan bintang-bintang untuk kita genggam. :moko, 09-03-12

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline