Lihat ke Halaman Asli

Biarkan Aku Menari di Depanmu

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebulan kemudian setelah, Sampurno takut jika Fitri tak mencintainya lagi

Sampurno terkulai lemas, tapi ia masih sanggup memindahkan laptop tuanya ke meja setelah lama berada dipangkuannya, hati-hati ia meletakkannya, ia tak ingin kotak percakan gmail dengan kekasihnya Fitri itu hilang, ia masih ingin membacanya dan terus membacanya.

Sebentar lalu, mereka baru saja chating di facebook, bercanda seperti biasa, menuangkan kata cinta yang tak pernah habis dan usang untuk diungkapkan. Namun tiba-tiba Sampurno tercenung melihat daun bambu yang sedang menari tertiup angin malam, sambil sesekali nampak sinar bulan memantul mengiringi tarian itu. Satu jatuh di atas keyboard laptopnya, dan perhatiannya ke percakapan facebook-nya dengan Fitri jadi tak terhiraukan. Lama sekali, Sampurno menikmati tarian-tarian lain daun bambu yang menebar hingga sebagian jatuh di dekatnya, di teras kamarnya yang menghadap hutan bambu, dan ketika ia tersadar, nampak di kotak percakapan Fitri berulang kali memanggilnya, diliriknya lead indikator online Fitri, "ah...masih menyala". Segera Sampurno menulis balasan, tentu setelah didahului kata maaf,

"Fit...tunggu aku di gmail ya ?"

"Kenapa Sam ?"

"Aku ingin menulis surat untukmu"

"Baiklah, tapi jangan lama-lama ya?"

"iya, paling satu atau dua jam saja !"

"terlalu lama ah..!"

"okelah kalau begitu....satu jam lagi kita bertemu di gmail"

--------------

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline