Lihat ke Halaman Asli

Semangat Kebangkitan untuk Industri Nasional

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Hari ini tanggal 20 Mei tepat diperingati 103 tahun kebangkitan nasional. Semangat kebangkitan telah menginspirasi rakyat Indonesia untuk bersatu mengusir penjajahan dan kolonialisme. Kebangkitan nasional ternyata masih dibutuhkan, khususnya untuk Industri strategis. Industri strategis, dari gagasan awal hanya sebatas Industri dirgantara dan maritim perlu dikembangkan ke industri yang lebih dibutuhkan.

Untuk mewujudkan Industri dirgantara Indonesia membangun Industri Pesawat terbang Nusantara (IPTN) atau yang sekarang berganti PT DI di bandung. Sementara untuk Industri maritim dikembangkan PT Penataran Angkatan Laut (PAL ) di Surabaya. Industri strategis angkutan missal sejenis kereta api, kurang mendapat perhatian yang serius. Hal ini dibuktikan dengan PT INKA yang hanya menggarap gerbong dan tidak ada inovasi menciptakan alat angkut darat masal yang murah dan aman.

Industri strategis tidak sebatas pada moda transportasi yang dapat menghubungkan satu pulau dengan pulau lain tetapi juga dikembangkan Industri pertahanan. Republik Indonesia memiliki PT Pindad yang memproduksi alat tempur atau PT Bahana yang memproduksi bahan peledak. Selain itu, Indonesia juga mengembangkan Industri telekomunikasi yaitu PT INTI.

Industri strategis lain yang dibangun adalah PT Krakatau Steel. Industri baja nasional sempat mengisi media nasional dengan program privatisasi dimana harga jual per lembar saham yang dinilai sangat murah. Privatisasi dengan tidak melibatkan warga sendiri sama saja mengijinkan asing untuk menjajah kembali bangsa ini. Industri baja sangat vital bagi perkembangan Industri lain. Misalkan saja, Industri otomotif, industri dirgantara, Industri maritime atau indutri transportasi masal, sangat menggantungkan pada Industri ini.

Namun beberapa Industri strategi seperti dilakukan pembiaran. Tengok saja kasus yang masih menghangat. Kecelakaan Merpati memunculkan pertanyaan tentang kebijakan pemerintah yang lebih menggunakan produk luar dibandingkan produk dalam negeri. Gerakan Cinta produk dalam negeripun seperti jargon-jargon using yang tak ada gunanya lagi. Lebih-lebih argumen bahwa penggunaan Xian MA-60 PK MZI produk China dibandingkan CN 250 produksi PT DI adalah alasan mahal.

Tentu masih ingat dengan perdagangan bebas ASEAN-China yang mulai berlaku awal tahun 2010. Produk China mulai membanjiri pasar dalam negeri dan beberapa Industri yang belum siap bersaing meminta safety guard atau kebijakan-kebijakan yang medorong perlindungan terhadap Industri dalam negeri. Industri barang-barang dari logam tak mampu bersaing, demikian pula Industri logam sempat melabrak kebijakan China dengan menuduh dumping. Perdagangan bebas itu juga berimbas pada Industri tekstil yang didalam negeri sendiri. Industri tekstil yang sedang dalam proses underconstruction atau revitalisasi belum mampu dengan produk-produk China yang membanjir dengan harga murah.

Industri strategis kedepan tidak melulu pada moda Industri transportasidan pertahanan tetapi juga pada Industri pangan. Walaupun untuk Industri yang berbasis pangan Negara tidak terlalu berperan aktif tetapi kebijakan atas Industri ini diperlukan. Tengok saja, Industri gula masih sering terdengar adanya kebijakan impor gula. Alasan yang dijadikan pembenaran adalah cuaca sehingga produksi dalam negeri tidak mencukupi.

Industri pangan tidak terlepas dari Industri terigu. Walau telah memiliki pabrik terigu, tetapi ketergantungan gandum masih cukup besar. Pengembangan tanaman terigu juga belum optimal. Tanaman gandum merupakan tanaman subtropis tetapi dapat dikembangkan dalam daerah tropis. Seperti di Pasuruan, ternyata hasilnya tidak kalah jika dibandingkan dengan tanaman gandum yang dikembangkan di India. Ini perlu kebijakan pemerintah yang mendorong swasta untuk lebih membangun Industri agar ketergantungan terhadap asing dapat dikurangi.

Pengembangan kebijakan Industri mulai saatnya mengurangi ketergantungan terhadap asing. (dstttttt.....)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline