Lihat ke Halaman Asli

Siti Masliha

siti masliha

Islam dalam Terapi Mengatasi Penyakit Cemas dan Gelisah

Diperbarui: 4 Juni 2021   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Islam dalam Terapi Mengatasi Penyakit Cemas dan Gelisah

Kalian sering merasa cemas dan gelisah dalam menghadapi segala sesuatu ?

Cemas dan gelisah adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya bagi psikologi seseorang, namun keadaannya tidak pernah dipertimbangkan oleh manusia. Karna terkadang kita mempunyai cara tersendiri untuk menghilangkan rasa cemas itu. Ada yang menghilangkan dengan cara cara yang sesuai ataupun yang melanggar syari’at seperti mabuk dan lain-lain. Memanglah kemungkinan gelisah atau cemas mereka hilang namun dosa pun semakin menerkam.

Hakikatnya memang manusia adalah sosok makhluk yang sering dilanda kecemasan, ketika seseorang dihadapkan oleh suatu masalah yang menghantuinya, sedangkan dirinya belum siap untuk menghadapinya. 

Terlebih masa masa sekarang ini, banyak sekali diantara kita merasa cemas dan gelisah menghadapi wabah penyakit yang sedang menjangkit negeri kita, tentu jiwa dan fikiran kita akan terguncang dan perkara tersebut sudahlah menjadi fitrah setiap orang karna takutnya jika sampai kita yang terkena wabah ini ataupun keluarga dan orang-orang sekitar kita.

Sikap cemas dan gelisah ini jangankan kita sebagai manusia biasa, bahkan Rasulullah SAW pun pernah merasakan keadaan tersebut. Pada tahun ke-10 masa kenabiannya pada masa yang disebut ‘amul huzni (tahun kesedihan). Tetapi nabi dapat mengatasinya dengan segera menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah.

Baca juga: Apa Itu Anxiety Disorder? Kenali Lima Jenisnya!

Sebab cemas dan gelisah merupakan keadaan mental yang dapat merugikan orang yang merasakannya. Jika dua hal ini terus menerus menimpa orang tersebut ia bisa kehilangan kesempatan meraih segala yang diinginkannya, tubuh akan menjadi lemah, lesu, dan tidak bergairah, sehingga menghambat mencapai hal hal yang dituju dala, hidup.

Jika cemas dan gelisah tak kunjung reda akan menimbulkan penyakit baru yakni penyakit sedih yang berkepanjangan. Salah seorang filsuf muslim pertama, al-kindi dalam bukunya yang berjudul Seni Menepis Kesedihan mendefinisikan kesedihan sebagai suatu penyakit jiwa yang terjadi karena hilangnya yang di cinta dan luputnya yang didamba. 

Kita sering merasa sedih saat ini sebab ada karyawan yang di PHK dari kerjanya, ada yang usahanya semakin menurun, dan lain sebagainya, pekerjaan yang kita cinta dengannya kita bisa mempunyai penghasilan kini harus tersendat karena wabah ini. 

“Orang yang paling banyak menderita kesedihan pastilah yang punya banyak orang atau sesuatu yang dicinta secara berlebihan dan orang yang sedikit mengalami kesedihan adalah orang yang paling sedikit cintanya kepada seseorang atau sesuatu” .

Orang yang berakal mengkaji dan menyadari bahwa dunia ini dipenuhi oleh berbagai persoalan yang terus berubah dari generasi kegenerasi berikutnya. Karena itu orang yang berakal harus memutuskan diri dari penyebab kesedihannya dengan membuat dirinya tidak bergantung dengan sesuatu yang jika tiada atau hilang akan membuatnya sedih. Kita harus terus menerus merayakan hari-hari yang kita jalani. Masa depan atau hari esok itu belum ada, kita sering memeboroskan energy, menderita mental, gelisah, dan bersedih karena mengkhawatirkan sesuatu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline