Lihat ke Halaman Asli

Kenangan Ziarah ke Makam Datu Abdusshamad Marabahan

Diperbarui: 26 Januari 2019   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kembali dari bersilaturrahim dengan keluarga adik sepupu penulis di kampung Sungai Salai, sebuah kampung di Kabupaten Tapin, Kalsel, pada Sabtu, 16 Juni 2018 yang lalu.  Satu persatu kami diantarkan ke tempat penyeberangan kapal ferry dengan menggunakan sepeda motor anggota keluarga yang membawa sepeda motor dari Martapura dan Banjarmasin. 

Sekitar 10 menit menungggu kapal ferry yang akan menyeberangkan kami kembali pun datang, kami sekeluarga menaiki kapal ferry dan sampai di pelabuhan seberangnya sekitar pukul 15.15 WIT.

Penulis mengambil mobil yang diparkir sekitar 20 meter dari pelabuhan. Cuaca saat itu panas dengan disertai hembusan angin yang cukup kencang, sementara itu terlihat awan hitam di daerah yang akan kami tuju, yaitu kota Marabahan, Ibukota Kabupaten Barito Kuala. Setelah semua keluarga rombongan kami naik mobil semua, penulis menjalan mobil menelusuri jalan yang sebelumnya dilewati.

Cuaca semakin dingin dan kemudian angin berhembus kencang yang menjadi pertanda akan turun hujan dalam beberapa saat. Perubahan cuaca terasa begitu cepat, dari panas yang terik berubah menjadi gelap dan angin yang bertiup kencang. Tidak berapa jauh kami berjalan, hujan rintik-rintik pun mulai turun mengiring perjalanan pulang ini. Di tengah perjalanan pulang ini didapati adanya pohon yang tumbang dan melintang jalan, sehingga terpaksa mobil diarahkan ke tepi jalan.

dokpri

Mendekati jembatan Rumpiyang, cuaca sudah semakin gelap dan hujan mulai turun. Ketika menaiki jembatan Rumpiyan untuk menuju kota Marabahan, hujan turun dengan lebatnya bahkan semakin lebat ketika memasuki kota Marabahan. 

Tujuan kami ke kota Marabahan ini untuk berziarah ke makam Datu H.Abdusshamad, salah satu ulama yang terkenal di Kalimantan Selatan pada zamannya. Beliau adalah salah satu keturunan atau zuriat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, tokoh ulama Martapura  yang terkenal seantero  Kalimantan sekitar 250 tahun yang lalu. Beliau cucu dari Syekh Muhammad Arsyad al Banjari.

Hujan lebat masih deras turunnya ketika mobil kami memasuki parkiran makam yang mau dikunjungi tersebut, sehingga terpaksa kami tetap di dalam mobil untuk beberapa waktu sambil menunggu hujan reda. Kami sampai di makam Datu H.Abdusshamad ini sekitar pukul 16.00 WIT. 

Setelah hujan mulai reda, kami keluar mobil menuju komplek pemakaman yang terlihat sepi dari pengunjung. Sesampai di makam Datu H.Abdusshamad kami langsung membaca surah Yasin dan berdoa, dan demikian pula dengan makam yang lainnya.

Hujan mulai reda ketika kami selesai ziarah di komplek pemakaman Datu H.Abdusshamad Marabahan ini, dan  sekitar pukul 16.30 WIT  kami berangkat kembali untuk menuju ke Martapura.  

Hujan masih turun rintik-rintik saat mobil kami bergerak menuju ke jembatan Rumpiyang, cuaca terlihat belum sepenuhnya bersih dari awan hitam yang menyimpan potensi turunnya hujan sore itu. Jalanan masih basah dengan guyuran air hujan yang hampir satu jam mengguyur kota Marabahan sore itu, dan mobilpun tidak dapat dipacu dengan kecepatan yang tinggi karena jalannya licin.

Cuaca masih gelap akibat hujan yang masih turun ketika kami melintasi jembatan Rumpiyang yang membelah sungai Nagara. Rencana mau turun sebentar di sekitar jembatan Rumpiyang terpaksa kami batalkan mengingat kondisi cuaca yang kurang baik saat itu, dan akhirnya kami melanjutkan perjalanan pulang dalam kondisi cuaca yang kurang bersahabat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline