Bulan Januari 2019 ini menjadi puncak musim buah di Kalimantan Selatan, khususnya buah durian, cempedak, dan rambutan. Dimana-mana banyak orang berjualan buah -buah tersebut dengan harga yang relatif murah, sehingga pilihannya juga semakin variatif.
Penulis mendapat 'undangan' dari, Ismail, kawan yang memiliki rumah dan kebun cempedak yang berada di Kelurahan Palam, Kota Banjarbaru. Isi undangannya, bahwa jika penulis ke Martapura pada hari Ahad, 20 Januari 2019, agar mampir ke rumahnya di Kelurahan Palam, Kota Banjarbaru, untuk panen buah cempedak yang ada di belakang rumahnya.
Rumah kawan yang ada di Kelurahan Palam tersebut tidak berada dekat dengan poros jalan Martapura (Kabupaten Banjar)- Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut). Namun, harus masuk jalan lagi sekitar 5-6 km dari jalan utama atau poros Martapura-Pelaihari.
Kebetulan, pada hari Ahad, 20 Januari 2019, memang ada rencana mau ke Martapura untuk menengok orangtua dan keluarga lainnya, maka 'undangan' tersebut penulis penuhi. Bersama isteri dan anak kami yang bungsu, Maulidina Rizkia, berangkat dari Pelaihari menuju Palam, Kota Banjarbaru menggunakan mobil yang biasa dibawa.
Ketika memasuki jalan menuju Palam, Kota Banjarbaru, sekitar pukul 11.00 WIT, cuaca terlihat makin mendung, meski belum turun hujan. Penulis memarkir mobil di halaman sebuah tempat rekreasi yang ada di Kelurahan Palam guna menghubungi Ismail melalui telpon untuk menanyakan arah jalan menuju ke rumahnya.
Memang, dulu penulis sudah pernah ke rumahnya pada tahun 2016 lalu, tetapi setelah hampir 3 (tiga) tahun agak lupa arah masuk atau jalan ke rumah Ismail tersebut. Maklum, jalan yang ada di Palam tersebut cukup banyak .
Penulis menghubungi Ismail, namun yang menerima adalah isterinya, menurut informasi isterinya bahwa yang bersangkutan ke kebun orangtuanya, dan hanphonenya ditinggal. Ternyata penulis lupa dan tidak dapat mencari rumah Ismail tersebut, meski sudah diberikan informasi oleh isterinya melalui telpon.
Pada akhirnya, penulis dijemput oleh isteri Ismail dengan sepeda motor pada suatu tempat yang berada di wilayah blok sebelah dari blok rumahnya tersebut.
Hujan mulai turun rintik-rintik ketika penulis sampai di rumah Ismail tersebut, dan kemudian semakin lebat disertai suara petir yang mengiringi suasana hujan. Waktu itu sudah menujukkan pukul 12.00 WIT. Sambil menunggu hujan reda, penulis dan keluarga disajikan oleh tuan rumah cempedak sebanyak 2 (dua) biji dan beberapa gorengan dari cempadak.
Hujan masih belum reda juga, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 WIT. Ismail mengajak penulis, apakah mau menunggu hujan teduh memetik cempadak, atau sekarang saja meski hujan belum reda juga.
Penulis mengatakan terserah Ismail saja, dan kalau menunggu hujan reda juga agak lama. Akhirnya, penulis beserta isteri dan anak serta ditemani Ismail dan isterinya ke belakang rumah untuk memetik cempadak yang buahnya lumayan banyak sambil membawa payung agar tidak basah kuyup.