Lihat ke Halaman Asli

Danau Tamiyang, Destinasi Wisata Berlatar Pegunungan Meratus

Diperbarui: 31 Desember 2018   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : dokpri


Selepas dari bersilaturrahim dengan sepupu penulis, Yamani, di Batu Hitam, Mandiangin,  Ahad, 30 Desember 2018, penulis bersama dengan keluarga besar lainnya melanjutkan perjalanan menuju Danau Tamiyang, sekitar 2 km dari rumah sepupu penulis tersebut. 

Waktu saat itu sudah menunjukkan sekitar pukul 17.05 WIT. Cukup lama kami bertamu di rumah sepupu kami tersebut, ada sekitar satu jam lebih, sehingga dapat melaksanakan shalat dan menikmati hidangan yang disuguhkan oleh tuan rumah.

Penulis sendiri baru pertama kali mengunjungi Danau Tamiyang, yang berada di Desa  Mandikapau Barat Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan ini. Dalam beberapa waktu terkahir ini, Danau Tamiyang cukup  dikenal dan viral di media sosial, khususnya bagi kalangan anak muda, karena memiliki keunikan tersendiri dengan latar belakang Pegunungan Meratus  di sekitarnya. Danau ini diresmikan pemakaiannya sebagai objek wisata alam pada tanggal 3 Pebruari 2018 oleh Bupati Banjar, KH. Khalilurrahman.

Sumber : dokpri

Penulis dan rombongan keluarga sampai di Danau Tamiyang sekitar pukul 17.15 WIT. Sore itu kondisi cuaca masih mendung, meski baru saja turun hujan. Kondisi tersebut membuat suasana di objek wisata Danau Tamiyang relatif sepi pengunjung. Ketika kami sampai di lokasi objek wisata alam ini, hanya ada 3 (tiga) buah mobil yang terparkir, sehingga terlihat sepi. 

Sementara itu, awan hitam masih nampak terlihat di sekitar danau, sehingga kondisi ini juga mempengaruhi pengunjung untuk datang ke objek wisata ini, karena khawatir turun hujan dan waktunya juga sudah menjelang malam.

Sumber : dokpri

Rombongan kami tidak menyeberang jembatan yang panjangnya sekit 200  meter. Jembatan tersebut menjadi salah satu objek untuk berfoto ria, karena di jembatan tersebut diberi cat warna-warni dan pernaik-pernik lainnya. Kami hanya foto-foto di bagian depan jembatan, karena ada yang takut berjalan di jembatan yang terbuat dari kayu ulin tersebut. Selain itu, waktu yang sudah terlalu sore untuk jalan-jalan di jembatan warna-warni tersebut.

Sumber : dokpri

Dengan latar belakang Pengunungan Meratus yang berada dikejauhan membuat pemandangan ini menjadi lebih indah dan menarik. Terlihat di sekitar danau juga ada banyak keramba yang menjadi usaha masyarakat setempat membudidayakan ikan untuk diperdagangkan. 

Sementara itu, terlihat di seberang danau ada berdiri bangunan pondok untuk berkumpul sambil menikmati keindahan danau alam nan indah ini. Tersedia juga speedbord dan kapal biasa untuk pengunjung yang ingin menikmati perjalanan keliling danau.

Sumber : dokpri

Sekitar pukul 17.30 WIT, penulis dan keluarga lainnya meninggalkan objek wisata Danau Tamiyang yang berada di Desa Mandikapau Barat ini. Perjalanan pulang ke rumah ini melalui jalur yang lain dari berangkat sebelumnya, yaitu melalui jalan yang memutar melewati Desa Sungai Alang dan Sungai Landas hingga sampai di pertigaan Mandiangin-Karang Intan. Hari semakin senja ketika rombongan kami sampai di Simpang Empat Banjarbaru pada sekitar pukul 18.00 WIT.  

Sumber : dokpri

Kondisi lalu lintas di Bundaran Simpang Empat senja itu sangat padat, sehingga terjadi kemacetan di bundaran tersebut. Kemacetan terus berlanjut hingga jalan menuju arah Martapura, tepatnya di mall yang ada tidak jauh dari bundaran tersebut. Ada sekitar 15 menit penulis terjebak dalam kemacetan senja itu, dan baru lepas dari kemacetan ketika lepas dari batas kota Banjarbaru-Martapura.#savemeratus
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline