Terbukanya peluang untuk menyampaikan pendapat, opini, atau bahkan kritik melalui media sosial pada dunia maya, memberikan tempat dan ruang bagi semua orang dalam mengungkapkan isi pikirannya terhadap sesuatu permasalahan yang berkembang di masyarakat atau lingkungan sekitar. Terlepas apakah permasalahan itu diketahuinya secara baik atau tidak, atau sesuai kemampuan atau profesinya, tetapi saja orang berkomentar dengan bebasnya.
Fenomena menyampaikan komentar meski bukan ahli atau kompetensinya dapat kita baca dalam media sosial yang bertebaran di dunia maya. Tidak ada yang membatasi atau mensensor orang berkomentar di dunia maya membuat media sosial 'kebanjiran' komentar bebas, dan tidak menutup kemungkinan menjadi fitnah, ujaran kebencian, dan hal-hal negatif lainya.
Melalui kegiatan menulis yang menggunakan kata-kata sopan santun, maka saat itu penulis menata pola pikirnya yang cenderung bebas menjadi lebih terarah, terukur, dan terkendali. Penulis memang diberikan kebebasan berpikir guna mengelola dan mengolah permasalahan, namun ketika menuangkannya dalam tulisan harus tetap santun. Kemampuan penulis menata pola pikir dan menuangkannya dalam tulisan yang santun merupakan salah satu manfaat yang diperoleh ketika penulis sering mengasah kemampuan menulisnya.
Kebebasan berpikir menjadi hak semua orang, tidak terkecuali bagi seorang penulis. Imajinasi yang berada dalam ruang pikirannya harus dapat menjelajah dan menembus ruang waktu, karena dengan imajinisi tersebut penulis dapat menemukan makna hakiki dari sebuah permasalahan. Penulis menjadikan sebuah permasalahan atau fenomena sebagai objek yang didalami secara mendalam sesuai dengan keilmuan, keahlian, dan kemampuan pikirannya. Semakin tinggi ilmu, atau semakin ahli seorang penulis, maka hasil perenungan dan pemahamannya semakin dalam.
Penulis menuangkan hari pendalamannya terhadap sebuah objek dalam bentuk tulisan yang tertata dan bermakna. Tulisan itulah yang kemudian kita baca dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu ilmu pengetahuan. Seandainya saja, tidak ada penulis yang menuangkannya dalam bentuk tulisan, apakah hari ini kita dapat mempelajari sebuah masalah atau fenomena yang terjadi di alam ini. Misalnya tentang angin, sinar matahari, laut, gunung, dan sebagainya.
Menulis berarti penulis menata pola pikirnya menjadi lebih positif dan bermakna, sehingga sesuatu yang dianggap masalah atau problem kehidupan menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Mari menulis untuk menata pola pikir kita agar lebih condong kepada kebaikan dan kebermanafaat bagi diri sendiri dan banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H