Lihat ke Halaman Asli

Rumah Adat Banjar di Teluk Selong Bertahan Diterpa Zaman

Diperbarui: 2 Desember 2018   06:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Desa Telok Selong, sebuah desa yang berada di pinggiran sungai Martapura, berdiri dengan kokohnya  2 (dua) buah bangunan rumah adat Banjar yang masih tersisa dari peninggalan budaya Banjar zaman Kerajaan Banjar dulu. 

Kini, rumah adat Banjar yang berjenis 'bubungan tinggi' tersebut menjadi cagar budaya yang dilindungi sehingga keaslian rumah tersebut masih dipertahankan, meskipun rumah tersebut milik pribadi dan tetap dipakai oleh keluarga yang memilikinya.  

Rumah adat Banjar (Kalsel) memang memiliki beberapa jenis, antara lain(1) Bubungan Tinggi, (2) Gajah Baliku, (3) Palimasan/ Rumah Gajah, (4) Balai Bini, (5) Tadah Alas, (6)  Gajah Manyusu, (7) Balai Laki, (8) Palimbangan.

Rumah adat Banjar "bubungan tinggi' yang berdiri kokoh di Jalan MartapuraLama desa Telok Selong Ulu RT 4 Nomor 28, Kecamatan Martapura Timur Kabupaten Banjar tersebut berdiri tahun 1811 dengan pemiliknya H.M.Arif dan Hj. Fatimah, dan kini didiami oleh keturunnya. Dari sisi fisik bangunnanya masih terlihat kokoh dengan ditopang oleh tiang dan tongkat kayu ulin yang besar dan masih kuat,dan demikian pulan dinding, lantai, atapnya berasal dari kayu ulin pula. Kayu ulin atau kayu besi yang sangat kuat bertahan dari perubahan cuaca dan musim yang kini sudah sangat langka dan hampir punah.

banjar-rumah-1-5c0313746ddcae2bb80a03b2.jpg

Semasa penulis dulu bersekolah di SMAN Martapura tahun 1983-1985, hampir setiap hari melewati rumah adat Banjar yang berada di Telok Selong tersebut, karena saat itu penulis berangkat ke sekolah bersepeda melewati rumah adat tersebut, baik jalan di depan maupun belakang. Memang, ada 2 (dua) jalur jalan yang dapat dilewati, ada jalan depan yang dikenal dengan nama jalan Martapura Lama, dan jalan belakang dikenal dengan nama jalan rel. Menurut sejarahnya, dulu pada zaman Kerajaan Banjar, Telok Selong ini pernah menjadi ibukota Kerajaan Banjar, yang dikenal dengan Telok Selong Kayu Tangi.

banjar-rumah-4-5c03138c12ae94693e3842d4.jpg

Selain memiliki rumah adat Banjar yang masih terpelihara dengan baik, di desa Telok Selong ini juga da menyimpan peninggalan sejarah zaman penjajahan Belanda dulu, karena di desa ini ada bekas pelabuhan pengangkutan batubara yang kini dijadikan lapangan sepakbola yang dikenal lapangan batubara. 

Masih ada bekas batuan emas hitam tersebut di lapangan sepakbola dalam bentuk batuan kecil yang pipih dan berwarna hitam, tetapi kini sudah tertutup oleh rumput yang tumbuh di atasnya. Penulis sewaktu zaman remaja dulu cukup sering bermain sepakbola di lapangan ini bersama dengan teman-teman, atau menonton pertandingan sepakbola yang sering digelar di sini, atau menonton kegiatan lainnya yang sering mempergunakan lapangan sepakbola ini.

Rumah ada Banjar ' bubungan tinggi'  dan jenis lainnya memang sudah langka karena sudah hancur atau diganti dengan jenis rumah modern yang sesuai dengan perkembangan zaman dan selera masyarakat.

 Tidak banyak kampung atau daerah yang masih memiliki peninggalan rumah adat Banjar, terlebih jenis bubungan tinggi ini, karena rumah adat Banjar seperti jenis bubungan tinggi hanya dimiliki oleh para bangsawan atau saudagar, sedangkan jenis rumah adat Banjar lainnya lebih banyak dimiliki oleh rakyat kebanyakan pada umumnya.

 Menurut pengamatan penulis, di daerah Martapura dan sekitarnya, hanya di Kampung Telok Selong yang masih ada rumah adat Banjar yang masih kokoh berdiri sampai saat ini, sedangkan di kampung lainnya sudah tidak ada lagi karena dibongkar dan diganti dengan rumah model sekarang. 

Sekitar tahun 1990-an adi Kampung Dalam Pagar, kampung yang berada di seberang Kampung Telok Selong, ada sebuah rumah adat Banjar jenis bubungan tinggi yang lumayan besar, dan saat itu pernah dishoting oleh TVRI Jakarta, karena keunikannya. Kebetulan saati itu penulis melihat sendiri proses shoting tersebut.  Tetapi tidak berapa kemudian, rumah adat Banjar bubungan tinggi yang ada di Kampung Dalam Pagar dibongkar, karena tidak didiami sehingga cepat rusak dan akhirnya dibongkar oleh ahli waris pemiliknya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline