Lihat ke Halaman Asli

Neraka Jalanan

Diperbarui: 18 September 2015   09:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

NERAKA JALANAN

 

                        Ketika kita memasuki jalan raya, maka kita akan berada di wilayah yang sangat berbahaya. Lebih berbahaya dari area pertempuran atau peperangan, dimana dijalan raya desingan peluru digantikan oleh perilaku pengguna jalan raya yang seennaknya sendiri, yang beranggapan jalan raya seperti sirkuit balap. Berkendara tanpa aturan tanpa melihat hak pengguna jalan yang lain.

            Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Pol Condro Kirono mengatakan, "Korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas adalah yang terbanyak. Menurut data WHO, kecelakaan di jalan raya saat ini menempati posisi kesembilan," katanya di Markas Korlantas Polri Pancoran, Jakarta, Rabu (11/2). Menurutnya, setiap tahun rata-rata kematian di jalan raya di Indonesia telah mencapai 25 ribu jiwa. "Di tahun 2014, sebanyak 28.648 orang meninggal dunia," ujar condro.

Data memprihatinkan juga diungkap dalam diskusi keselamatan berkendara yang digelar Rifat Drive Labs di Jakarta, Rabu (4/2/2015). Dijelaskan, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung/stroke dan TBC (tuberculosis).

Dari data – data diatas terlihat betapa mengerikannya ketika kita sudah berada di jalan raya, tidak ada jaminan dijalan raya kita akan pulang dengan selamat meskipun sudah memenuhi standar keamanan dalam berkendara seperti memakai helm, mengenakan sabuk pengaman dan lain sebagainya.

Etika berkendara

            Kebanyakan pengendara baik pengendara sepeda motor maupun mobil memiliki etika berkendara yang buruk, mengemudi dengan ugal – ugalan, selip sana sini mendahului dari lajur kiri memotong jalan langsung berbelok dsb, dengan dalih cepat ingin sampai ke tujuan. Kemudian para supir angkutan umum dengan dalih kejar setoran juga melakukan hal yang sama, tidak melihat hak pengendara jalan yang lain. Berhenti mendadak se enak jidatnya sendiri.

            Bahkan tak sedikit sekarang ini anak – anak sekolah dasar sudah mengendarai sepeda motor tanpa helm pula. Control orang tua terhadap anak juga dirasa sangat kurang untuk mencegah hal tersebut terjadi. Pengertian bahwa berkendara dijalan raya memerlukan kesadaran yang tinggi terhadap hak dan kewajiban orang lain sepertinya tidak tertanam dengan baik.

            Ibu – ibu rumah tangga juga ikut menyumbang kesemrawutan di jalan raya, terlihat dari aktifitas mereka yang dilakukan dijalan raya seperti kepasar dan pulang membawa barang dagangan yang memenuhi motor mereka, sehingga sulit untuk dikendalikan dan ketika pagi hari waktunya mereka mengantar anak mereka ke sekolah tak jarang satu motor berisikan 3 orang berhimpitan dibelakang si ibu pengendara tadi. Sehingga ketika terjadi kondisi yang membutuhkan respon yang maksimal si ibu tidak akan bisa melakukannya.

            Banyak hal mempengaruhi terjadinya kecelakaan dijalan raya, ketika kesadaran untuk memperhatikan hak berkendara orang lain terpenuhi mungkin kejadian – kejadian yang tidak diinginkan mungkin tidak akan terjadi. Mengesampingkan ego untuk selalu mendahului, tidak ada perasaan “aku yang paling cepat” dsb. Mementingkan keselamatan orang lain, memenuhi harapan orang dirumah yang menunggu kita sampai dengan selamat.

           




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline