Runtuhnya_Dinding_Segitiga_Bumi
"Paman Sengkuni berpikir bahwa Segitiga Bumi akan mampu menjadikan Duryudana tokoh yang tidak tertandingi ??" seru Sri Kresna.
"Apakah paman Sengkuni lupa bahwa Bima sebagai Banteng Padawa, Ksatria yang teguh pendirian, berbudi bowo leksono, telah menemukan Air Suci Perwitasari.
Dalam situasi gelap di dasar lautan dalam, Bima telah bertemu dengan Dewa Ruci. Situasi gelap yang akan selalu menyelimuti setiap orang yang hidup di muka bumi.
Sesungguhnya dalam situasi kegelapan tetap dapat ditemukan 4 warna sesuai unsur unsur yang ada pada setiap diri dan seluruh jagad raya yang terbentang sangat luas. Warna merah, sebagai lambang api, sesuai dengan nafsu amarah. Warna hitam, sebagai lambang angin, sesuai dengan nafsu aluamah. Warna kuning, sebagai lambang air, sesuai dengan nafsu sufiah. Warna putih sebagai lambang tanah, sesuai dengan nafsu muthamainah.
Nafsu amarah, yang menimbulkan munculnya rasa benci, sombong, kecepatan, yang dapat mendorong sifat Adigang pada manusia.
Nafsu aluamah, yang menimbulkan rasa lapar, rasa ingin berpuas diri, rasa untuk berkuasa, yang dapat mendorong sifat Adigung.
Nafsu sufiah, yang menimbulkan rasa ingin mendapat pujian, bermegah-megah dalan pesta, rasa ingin dihargai, rasa paling pandai, yang dapat mendorong sifat Adiguna." jelas Sri Kresna.
"Tahukah paman Sengkuni, bahwa Segitiga Bumi yang telah menguasai Duryudana adalah Segitiga yang membentuk dinding kegelapan!" tegas Sri Kresna.
"Kegelapan bagaimana ??
Orang dengan nafsu amarah Duryudana bisa berkuasa dan berkuasa lagi.
Nafsu aluamah membuat Duryudana wilayahnya tambah besar. Dari Astina masih ditambah lagi Indraprasta milik Pandawa, berada di wilayah Duryudana.