Riau saat ini merupakan satu daerah yang sedang terkena bencana asap, yang semakin lama semakin akut. Belum ada aksi yang signifikan untuk mencegah terjadinya bencana asap, selain penyebarluasan grafik informasi status kondisi udara yang semakin berbahaya, serta upaya petugas memadamkan karhutla di lapangan.
Hal itu menyebabkan kondisi udara Riau semakin berbahaya bagi kesehatan. Apalagi Sumatera sudah dikepung 1278 TITIK PANAS, dan 289 TITIK berada di Riau.
Memang ada yang menggalang aksi simpatik pembagian marker bahkan mungkin dilakukan oleh pihak swasta. Hal itu bahkan juga dilakukan oleh partai politik. Ada yang masih berupa instruksi partai, ada yang sampai membuka posko penanggulangan.
Bencana akibat Karhutla, kebakaran hutan dan lahan, ini memang unik. Kawasan yang terbakar dapat dengan cepat menyebar luas. Angin dapat membuat kebakaran bagai mendapat kekuatan baru. Kondisi hutan lebat, yang kering juga mendukung panas di tetumbuhan semakin kuat.
Pada situasi yang sudah begitu parah Karhutla yang melanda. Pada kawasan karhutla, ada api yang menjalar sampai melenting ke atas seperti ditembakkan atau bagaikan kembang api yang mencuat ke sana ke mari. Suasana yang tentu sangat mencekam bagi para petugas pemadam karhutla.
Apalagi jika jumlah para petugas tidak sebanding dengan areal luas karhutla, terkadang masyarakat awam pun hanya bersenjatakan ranting atau kayu kayuan untuk memadamkan api.
Kurangnya sumber air di sekitar wilayah karhutla, juga akan sangat mengurangi kemampuan para petugas dalam melakukan pemadaman karhutla. Memang pernah muncul ide-ide untuk membuat embung-embung di kawasan yang sering terkena Karhutla. Namun ide untuk membuat embung embung di sekitar wilayah karhutla, juga sulit direalisasikan. Hal itu dikarenakan pada umumnya banyak lokasi karhutla, berada di lahan gambut.