Lihat ke Halaman Asli

MJK Riau

Pangsiunan

TA Merangsek Istana

Diperbarui: 5 Juli 2016   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panglima Sarpras dan Panglima SuperA tidak kehabisan akal melihat pandangan tegas dan tantangan serius Raja Slamet Raharjo Jati kepada Cucunda Raja Armanda dan Putra Raja Difangir. Mereka dengan sigap menyikapi hal itu dengan membagikan senjata rahasia mereka secara diam-diam. Tujuannya tidak lain hanyalah untuk mempersiapkan pendukung Adhieyasa Adhieyasa Setrum 35000 megawatt, jika memang saat itu datang, Walaupun ke dua panglima setia kerajaan Matraman Raya itu mengetahui kekuatan Adhieyasa Adhieyasa, namun menurut mereka kekuasaan Raja Slamet sudah mengakar sampai ke masyarakat kelas bawah. Sehingga sekalipun Adhieyasa Adhieyasa sangat hebat, akan sangat sulit menaklukan Raja Slamet Raharjo Jati. Namun yang paling dikhawatirkan oleh ke dua panglima yang setia pada Kerajaan Matraman Raya itu adalah korban yang sangat besar, jika Ontran Ontran Matraman Raya itu benar benar terjadi. Perebutan Tahta Kerajaan Matraman Raya antara Raja Slamet Raharjo Jati dengan Adhieyasa Adhieyasa. Oleh karena itu keputusan mereka berdua sudah bulat. Lempar senjata rahasia.

Panglima Sarpras melempar cd Nona Noni dan Panglima SuperA melempar balon Kb di tengah tengah masa yang hilir mudik di sekita panggung Garuda Wisnu Kencana. Dalam ke dua senjata rahasia itu terkandung pesan:

"Temukan Adhieyasa. Adhieyasa untuk Tahta Istana. Jadilah TA: Teman Adhieyasa"

Ternyata aksi ke dua panglima tersebut efektif. Sedikit demi sedikit sudah ada gerakan salinmg berbisik untuk menemukan Adhieyasa. Bahkan sebagian mereka yang sangat dinamis memproklamirkan diri sebagai TA. Tidak sabar mencari Adhieyasa, mereka justru bergerak merangsek ke Istana. Adhieyasa untuk Tahta Istana.

Sementara itu, di tempat lain Pujangga Halim yang mendeteksi adanya sinyal dari Putri Ming meminta persetujuan Bunda Lilik untuk mencari posisinya. Setelah mendapat persetujuan berupa anggukan yang walaupun diikuti dengan senyum kecut, sudah cukup alasan bagi Pujangga Halim untuk segera mencari lokasi itu bersama Putri Raisani. Ketika mobil innova mereka dengan plat nopol D 2103 PM bergenti di suatu tempat, tampak oleh Pujangga Halim dengan rombongan, ada Ki Ageng Batman, Putri Biyan, mBak 00 weibe serta Miss Kiara di sana. Ki Koh Agil dan Pendekar Zontor yang sedang mengerumuni Adhieyasa Adhieyasa.   Sementara di kejauhan Raja Armanda sambil menggendong Bunda Fitri membayangi.

"Ibu maafkan Adhieyasa, kalau selama ini tidak tahu yang terjadi."

Adhieyasa masih terduduk di depan Putri Biyan, setelah Ki Difangir berangsur pergi bersama Putri Ming. Ki Ageng Batman menghela nafas panjang, seolah tiga wanita di sekelilingnya tidak menjadi perhatiannya.

"Adhieyasa, anakku. Ini semua sebetulnya adalah salah Bapakmu ini", seru Ki Ageng Batman.

"Bapakmu ini, telah menyembunyikan identitasmu. Namun ini semua juga karena menjalankan pesan dari Raja gaek yang bersembunyi di lereng gunung SUSU, yang disampaikan melalui Tante Mingmu itu."

"Tidak ada yang salah Adhieyasa. Karena Ibu mengkhawatirkanmulah maka Ibu ke luar dari Istana. Namun sekarang kita sudah berkumpul. Sebaiknya kita sekarang menuju Istana. Raja Difangir sudah turun tahta. Tahta Kerajaan Matraman Raya itu milikmu Adhieyasa Adhieyasa."

Bergetarlah hati Putri Raisani, mendengar informasi itu. Tanpa terasa pikirannya melayang pada masa lalu. Inikah Adhieyasa Adhieyasa yang muncul pada mimpinya di Rupat, malam itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline