Lihat ke Halaman Asli

MJK Riau

Pangsiunan

GMT: Saatnya Ilmuwan Muslim Unjuk Gigi!

Diperbarui: 9 Maret 2016   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gerhana Matahari Total di berbagai belahan bumi Indonesia menjadi perhatian banyak kalangan. Bukan saja dari dalam negeri namun juga dari luar negeri. Gerhana Matahari apalagi Gerhana Matahari Total, merupakan kesempatan emas bagi para ilmuwan untuk mengadakan penelitian terhadap Matahari. Karena pada peristiwa Gerhana Matahari, terlebih Gerhana Matahari Total banyak yang dapat dilihat dari Matahari, dengan bantuan tehnologi. Ada pun bagi masyarakat awam tidak dianjurkan melihat GMT secara langsung.

Bahwa gerhana matahari adalah peristiwa alam yang luar biasa itu benar, namun juga perlu menjadi perhatian bahwa peristiwa gerhana matahari, tidak ada hubungannya dengan cerita-cerita yang selama ini beredar di masyarakat. Khususnya cerita cerita rakyat yang terdapat di berbagai belahan bumi, yang pernah mengalami peristiwa gerhana matahari. Di samping gerhana matahari merupakan peristiwa alam luar biasa, gerhana matahari juga merupakan salah satu obyek penelitian bagi para ilmuwan. Bagaimana menurut anda dengan ilmuwan muslim ? Apakah para ilmuwan muslim dapat menjadikan peristiwa gerhana matahari sebagai bagian dari penelitian ?

Tidak usah ragu-ragu. Jawabannya bisa!

Pertanyaannya adalah mengapa dan bagaimana para ilmuwan muslim dapat memanfaatkan gerhana matahari sebagai bagian dari penelitian ? Salah hal yang perlu menjadi perhatian adalah para ilmuwan muslim, dengan metodenya sendiri, telah berabad-abad menyusun metode perhitungan kalender bulan. Kalender yang kita kenal sebagai kalender Hijriah itu adalah salah satu hasil penelitian perhitungan peneliti muslim, mengenai peredaran bulan, bumi dan matahari. Perhitungan peneliti muslim tidak kalah canggihnya dengan perhitungan astronomi barat. Karena sebetulnya secara esensi, yang dihitung sama, yaitu peredaran benda langit, bumi, bulan dan matahari. Hanya persepsi yang timbul berbeda, sehingga yang muncul adalah kalender bulan atau Hijriah, dan kalender matahari atau kalender Gregorian.

Bagaimana para ilmuwan muslim dapat memanfaatkan peristiwa gerhana matahari menjadi tonggak besar penelitian. Adalah menjadi tantangan bagi kader-kader NU, Muhammadiyah dan kalangan muslim lainnya untuk dapat berpartisipasi aktif dalam peristiwa gerhana matahari. Tunjukkan pada dunia, bahwa perhitungan yang digunakan para ilmuwan muslim juga sudah sangat maju, dalam mengukur peredaran bulan menyelingi bumi dan peredaran matahari "mengelilingi" bumi. Saatnya lah kita tidak lagi bersilat lidah kapan tanggal satu itu dimulai untuk penentuan awal bulan. Perhitungan berdasarkan hisab dapat sangat membantu bagaimana ilmuwan muslim dapat menunjukkan bukti, bahwa para ilmuwan muslim juga dapat meramalkan saat terjadinya gerhana matahari dengan tepat.

Peneliti muslim atau kyai ahli hisab dapat saja menghitung peristiwa saat terjadinya gerhana matahari dengan metode mereka, dan pada tempat yang sama di tepi pantai atau dataran luas, para astronom dapat menggunakan teropong atau alat canggih lainnya, berdampingan dengan para kiyai ahli hisab, masing-masing menggunakan metodenya untuk menentukan detik-detik gerhana matahari. Para peneliti muslim, kyai ahli hisab dan para astronom,  dapat secara bersama-sama bahkan mungkin hanya beda dalam hitungan detik akan berteriak: Yes! Ini Saatnya!,  sambil melihat bahwa matahari mulia tertutup oleh bulan. Jangan lewatkan kesempatan emas ini. Inilah saatnya NU dan Muhammadiyah bekerja sama bergandengan tangan, unjuk gigi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline