Kalau mas Jati diibaratkan Messi, mas Pras itu Neymar
Tidak dapat dipungkiri bahwa popularitas mas Jati Kumoro di dunia perKompasianaan sangat tinggi. Mas Jati bahkan menjadi salah satu ikon di Kompasiana bagi rekan-rekan yang sudah sangat sering kontak atau pun membaca artikel-artikelnya. Boleh dikatakan kemunculan mas Jati bahkan pernah ditunggu-tunggu. Baik pada saat Kompasiana lama maupun Kompasiana baru. Mas Jati boleh jadi tanpa kita sadari sudah seperti Messi. Kalau Messi menjadi ikon sepakbola di Barcelona, maka Mas Jati menjadi ikon penulis di Kompasiana. Aksi-aksi Messi, yang seolah seperti membawa magis tersendiri bagi kawan dan lawannya, juga ditunjukkan Mas Jati pada setiap artikel yang ditulisnya.
Pernah suatu kali mas Jati lama tidak muncul di Kompasiana lama, sampai akhirnya seorang Kompasioner harus menulis kerinduannya terhadap mas Jati. Hal tersebut juga diamini oleh banyak Kompasioner lain yang dapat dilihat dari jumlah vote yang banyak dan komentar yang beragam namun dengan satu nada, bahwa banyak orang merasa kehilangan karena di Kompasiana tidak muncul lagi artikel mas Jati. Sekalipun mas Jati sering menuliskan artikel-artikel yang mengarah kehidupan orang dewasa dan bahkan terkadang cenderung seronok, namun sesungguhnya mas Jati kadang justru muncul dengan artikel serius mengenai apa, mengapa asal kehidupan dan bagaimana mencapai tujuan kehidupan manusia. Mas jati juga punya kemampuan yang tinggi dalam mengungkapkan filosofi Jawa dalam kehidupan manusia, pengalaman batin manusia, sampai pada sejarah dan peninggalan nya.
Sungguh potensi besar dari Kompasioner Jati Kumoro itu perlu didorong untuk terus diasah dan dielaborasi tanpa henti, bukan saja oleh mas Jati sendiri, namun juga oleh kita, yang menganggap mas Jati sebagai teman sejati. Bukan sekedar teman berhahahihi. Namun tentu itu semua akan sangat tergantung dengan interaksi kita dengan mas Jati dan juga mas Jati sendiri. Harapan besar boleh kita letakkan kepada Mas Jati, untuk tugas berat ini. Seperti halnya besarnya harapan kita kalau menanti aksi-aksi Messi. Artikel artikel mas Jati bukan saja dapat menggores di hati, tetapi juga dapat membawa kita ke alam mimpi. Mimpi terhadap nilai-nilai kehidupan yang lebih tinggi.
Bersama mas Jati, kita bersama-sama dapat menjadi pahlawan sejati. Tidak harus berjuang sampai mati, tetapi berusaha keras merubah pandangan untuk dapat menjadikan hidup lebih berarti.
Di sisi lain, kita juga bisa melihat mas Sarwo Prasojo. Tusukan-tusukan pena mas Sarwo Prasojo dengan perlahan tapi pasti, membawa kita terpana terhadap kenyataan yang terkadang tidak kita sadari, tetapi sangat erat dan sering terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Mas Pras, dengan artikel-artikelnya mengajak kita untuk bercanda, bersedih dan mencoba mengolah kata secara sederhana namun dengan ending yang nendang. Seperti halnya Neymar, yang sering menusuk dengan tajam ke gawang lawan dan membawa kejutan-kejutan seolah tanpa henti. Mas Pras seolah mewakili Neymar di Barcelona, dalam dunia fiksi Kompasiana.
Dua Kompasioner ini dapat membawa kita menjadi pahlawan bersama bukan hanya di Kompasiana, namun juga di dunia nyata. Posting artikelmu sekarang juga dan bawa Kompasiana ke dunia yang berbeda. Maka akan muncul banyak Pahlawan di sana.
Kalau mas Jati diibaratkan Messi, mas Pras itu Neymar, lalu siapa Suareznya ? Walaupun berharap, tapi pasti bukan emjeka, karena usia emjeka sudah 10 tahun di bawah Kang Axtea, mungkin 30 tahun di atas Mawalu. Kalau dilihat kegigihannya dalam mengolah bola, semangat juang yang tinggi, serta sering memporakporandakan lawan lawannya, Suarez lebih mirip Adhieyasa. Gubraaaaak.